PENGKAJIAN
FISIK SEDERHANA.
SISTEM
PERSARAFAN, INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.
1. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL.
Bagian ini mengevaluasi kemampuan penderita untuk
memberi alasan, membuat abstraksi, rencana dan penilaian.
Perubahan tingkah laku dan kepribadian dapat
menyertai disfungsi organic sehingga perubahan-perubahan tersebut perlu digali
dari penderita dan keluarga.
Untuk mengetahui status mental penderita, harus
diketahui status sosioekonomis, etnis, dan status pendidikannya.
Pengetahuan umum dan intelegensi dapat dinilai
dengan meminta menyebutkan lima negara besar.
Kemampuan penderita untuk mengingat
kejadian-kejadian lampau dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan masa lalu.
Sedangkan ingatan yang baru, dapat dinilai dengan
meminta penderita mengulangi paling sedikit enam angka.
II. SARAF KRANIAL
SARAF OLFAKTORIUS ( NERVUS 1 )
Saraf Olfaktorius menghantarkan bau menuju otak
dan kemudian diolah lebih lanjut.
Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama satu
lubang hidung ditutup, penderita diminta membedakan zat aroma lemah seperti
vanilla, cengkeh dll.
Penderita diminta untuk memberitahu saat mulai
tercium dan mengidentifikasi zat apa yang tercium tersebut.
Penyakit pada hidung seperti sinusitis, alergi,
dan infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyebab tersering kehilangan
kemampuan untuk menghidu.
Tomor pada sulkus olfaktorius, anosmia dapat juga timbul setelah meningitis,
perdarahan sub arakhnoid, atau cedera kepala.
SARAF OPTIKUS ( NERVUS II )
Saraf optikus menghantarkan impuls dari retina
menuju kiasma optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju koerteks
oksipitalis untuk dikenali dan di interpretasikan.
Diperiksa dengan tes ketajaman penglihatan dengan
menggunakan Snelen chart, membaca berbagai ukuran hurup pada surat kabar.
Menurunnya tajam penglihatan biasanya disebabkan
karena penyakit mata, saraf optikus, atau kiasma.
Pemeriksaan lapangan penglihatan dapat
menghasilkan informasi tentang saraf
optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks
oksipitalis, diperiksa dengan cara konfrontasi dengan meminta penderita untuk
menutup salah satu matanya. Pemeriksa duduk tepat didepan penderita yang
diminta untuk melihat lurus kedepan.
Sebuah pensil atau jari digerakan memasuki lapangan
pandang mata yang tidak tertutup dari empat arah. Penderita diminta untuk
menyebutkan kapan kapan pensil atau jari
mulai tampak memasuki lapangan pandang.
Papilla saraf optikus dapat dilihat dengan
mengguanakan optalmoskop. Secara neurologis dua hal yang paling sering
ditemukan adalah papil edema dan atropi saraf
optikus.
Perubahan pada papilla terjadi pada tomor, infeksi
dan trauma juga pada perubahan lain
seperti adanya eksudat, perdarahan, dan kelainan arterivenusa yang ada
hubungannya dengan DM dan Hipertensi.
SARAF OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS,
DAN ABDUSEN ( NERVUS III, IV DAN VI )
Ketiga saraf ini diperiksa bersama-sama, karena
mereka bekerja sama mengatur otot-otot ekstraokular( EOM ), juga berfungsi
mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot konstriktur yang mengubah
ukuran pupil. Persarafan OEM diperiksa dengan cara menyuruh penderita mengikuti
geraklan tangan dengan mata bergerak keatas, bawah, medial dan lateral.
Kelemahan otot diketahui bila mata tidak dapat
mengikuti gerakan pada area tertentu.
Pupil diperiksa dengan cahaya agak redup dan harus
sama bulat dan sama besarnya.
Pupil perlu dicatat ukurannya dalam satuan
millimeter.
Nukleus saraf okolomotorius dan troklearis
terletak pada mesensepalon, Nuklei saraf abdusen terletak didasar ventrikel
keempat pada bagian bawah pons, dan letaknya dekat dengan serabut nucleus saraf
fasialis.
Miastenia gravis merupakan penyebab penting
kelemahan pada lebih dari satu otot dan
ptosis. Sindroma Horner terdiri dari ptosis kelopak mata, kontriksi pupil, dan
bagian wajah yang sama tidak dapat mengeluarkan keringat, ini mungkin
disebabkan karena lesi vascular pada batang otak, cedera dan tmor didaerah
servikal medulla spinalis, trauma yang mengenai serabut simpatis pada leher,
atau efek samping sementara angiografi serebral.
Nistagmus yang horizontal ( komponen yang cepat
kearah lateral ) merupakan tanda neorulogis yang penting. Keadaan ini biasanya
terlihat bila orang melirik kearah lateral sedara terlalu esktrem. Nistagmus
dapat tejadi pada sembarang arah dan bersifat unilateral dan bilateral., bias
menandakan adanya skelrosis multiple, lesi pada salah satu hemisfer serebeleum
dan tomor pada salah satu sisi otak penyebab non neorologis antara lain
penggunaan barbiturate dan obat penenang.
SARAF TRIGEMINUS ( NERVUS V ).
Saraf ini mengurus otot temporalis dan maseter,
yang merupakan otot pengunyah. Bagian motorik saraf ini diperiksa dengan
meminta penderita mengatupkan gigi dan menggunakan rahang kesamping, sememtara
pemeriksa meraba otot dan menilai kekuatan kontraksinya.
Serabut= serabut sensorik saraf trigeminus
dibagi menjadi tiga yaitu cabang utama yaitu saraf optalmikus,
maksilaris dan mandibularis.
Gangguan pada saraf trigiminus ini biasanya
adalah neuralgia trigeminal yang
menyebabkab nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maxilaris dan
mandibularis.
SARAF FASIALIS ( NERVUS VII )
Saraf ini
mempunyai fungsi sensorik dan motorik. Saraf ini membawa seRabut sensorik yang
mengahantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah, dan serabut motorik yang
mempersarafi semua otot ekspresi wajah, termasuk tersenyum, mengerutkan dahi,
menyeringai dan sebagainya.
Bagian motorik saraf fasialis dapat dinilai dengan
menyuruh penderita meLakukan berbagai gerakan wajah dan memperhatikan cara
bicara penderita.
Kelemahan otot wajah akan tampakkarena timbulnya
lipatan nasolabial mendatar, salah satu sisi mulut turun kebawah dan penurunan
kelopak mata bawah.
Sensasi pengecapan dapat dinilai dengan membedakan
rasa manis, asam dan asin yang dioleskan pada lidahnya.Saraf cranial ke ix
membawa rasa pahit pada bagian posterior lidah.
Gangguan yang dapat mengakibatkan kelemaham pada
saraf ini anatara lain pada miastenia gravis, sindroma guilen barr dan Bells
palsy.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( NERVUS
VIII )
Saraf ini berfungsi mempertahankan keseimbangan
dan menghantarkan impuls yang memungkinkan orang mendengar.
Mempertahankan keseimbangan merupakan fungsi
vestibularis dan bagiankoklearis memperantarai pendengaran. Bagian koklearis
dapat diperiksa dengan memperhatikan kemampuan penderita mendengar bisikan dari
jarak sekitar 2 kaki.
Cara pemeriksaan lain dilakukan dengan pemeriksaan
garputala, yang membedakan tuli hantaran dan tuli saraf. Orang dengan
pendengaran normal akan mendengar suara garpui tala yang ditempatkan digaris
tengah kepala atau garis tengah dahi, sama kerasnya pada kedua telinga. Suara
garpui tala lebih baik terdengar melalui hantaran udara dibandingkan hantaran
tulang.
Dalam keadaan normal garpu tala terdengar dua kali
lebih lama melalui hantaran udara.
Tes pendengaran garpu tala adalah tes Rinne dan
Weber.
Pada Tes Rinne garpu tala yang bergetar ditempelkan pada prosesus
mastoideus, bila penderita memberi isyarat bahwa getaran itu sudah tidak
terdengar lagi, maka garputala dipindahkan didekat telinga. Kalau penderita
sekarang dapat mendengar lagi suara getaran, maka hantaran udara ( AC ) lebih
baik dari hantaran tulang ( BC ).
Keadaan ini normal dan disebut Rinne positif , Rinne negative adalah petunjuk dimana
mengalami tuli hantaran karena penyakit tuli telinga tengah.
Tes Weber dilakukan dengan menempatkan garpu tala
yang bergetar diatas kepala, dahi atau pada gigi depan atas. Penderita diminta
untuk menyebutkan telinga mana yang mendengar suara paling keras. Dalam keadan
noermal suara akan terdengar sama keras baik telinga kiri dan kanan.
Kalau suara terdengar lebih keras pada salah satu
sisi , maka mungkin menunjukan adanya ketulian.
Kalau penderita mengalami tuli hantar , suara
terdengar lebih jelas pada telinga yang tuli, sedangkan pada tuli saraf suara
terdengar lebih jelas pada telinga yang sehat.
Kalau ditemukan suatu kelainan maka harus
dilakukan pemeriksaan audiometer lengkap.
Disfungsi akut bagian vestibularis saraf
vestibolokoklearis bermanifestasi
sebagai vertigo, mual, muntah dan ataksia.
Skrining untuk mengetahui gangguan ini dilakukan dengan
tes kalori dingin.
Tes ini dilakukan dengan posisi penderita
menengadah., Pada telinga dimasukan air es ( 5 ml ) . Respon normal terhadap
rangsang ini adalah timbulya nistagmus pada kedua mata , vertigo, mual dan
muntah. Kalau reaksinya lemah atau tidak ada reaksi sama sekali menunjukan suatu kelainan pada saraf
vestibularis.
Pada penyakit Meniere akibat dilatasi saluran endolimpe pada koklea
akhirnya menyebabkan atropi mekanisme pendengaran sehingga penderita mengalami
vertigo, tinnitus, dan tuli pada telinga yang terserang.
Saraf vestibolokoklearios meninggalkan otak dan
berjalan bersama dengan saraf fasialis. Seperti saraf fasialis, saraf ini juga
mudah mengalami kerusakan akibat fraktur dasar tengkorak dan tulang tempoeral.
Kerusakan saraf ini juga dapat terjadi akibat sumbatan vascular dan tomor
batang otak.
SARAF GLOSOFARINGEUS DAN SARAF
VAGUS ( NERVUS IX DAN X )
Saraf glosofaringeus dan vagus secara anatomi dan
fisiologis berhubungan erat.
Saraf –saraf glosofaringeus mempunyai bagian
sensorik yang menghantarkan pengecapan dari bagian posterior lidah ,
mempersarafi sinus karotikus dan korpos
karotikus dan mengurus sensasi faring.
Bagian
motorik mempersarafi dinding posterior faring.
Saraf
vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls
dari dinding usus , jantung dan
paru-paru.
Langkah pertama evaluasi saraF ini adalah
pemeriksaan palatum molle.
Palatum molle harus simetrisdan tidak boleh
miringkesatu sisi, Kalau penderita mengucapkan kata “ ah “ , palatum molle
harus terangkat secara simetris.
Jika hendak menimbulkan reflek muntah, maka
dinding posterior faring kita sentuh, sehimngga palatum molle akan terangkatdan
otot –otot faring kontraksi.
Reflek menelan diperiksa dengan memperhatikan
reaksi penderita sewaktu minum segelas air, perhatikan apakah penderita menemui
kesulitan menelan atau apakah terjadi regurgitasi cairan melalui hidung yang
merupakan petunjuk adanya kelemahan palatum molle dan ketidakmampuan menutup
nasofaring waktu menelan.
Saraf laringoskopi inderek dilakukan kalau
penderita mengeluh gangguan suara atau
suara parau. Pita suara dapat dilihat apakah terjadi parsis atau lesi.
Lesi bilateral dapat menyebabkan gangguan menelan hebatdan gangguan kemampuan
mobilisasi secret.
SARAF ASESORIUS ( NERVUS XI )
Saraf Asesorius adalah saraf motorik yang
mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius.
Otot- otot ini berfuingsi melakukan fleksi leher,
otot Sternokleidomastoideus berfungsi
memutar kepala kesamping dan otot trapezius memutar scapula bila lengan
diangkat keatas.
Fungsi saraf
asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atropi otot
sternokleidomastodeus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot terebut.
Untuyk menguji kekuatan otot
sternokledomastoideus, penderita diminta untuk memutar kepala kesalah satu bahu
dan melawan usaha pemeriksa untuk menggerakan kepala kearah bahu yang
berlawanan. Kekuatan otot ini pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan
mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan.
Otot
Trapezius dinilai dengan mengankat bahu, sementara pemeriksa berusaha
menekan kebawah, kemudaian penderita diminta untuk mengangkat kedua lengannta
kearah vertical, Penderita dengan otot trapezius yang lemah tidak dapat
melakukan peribntah tersebut.
Saraf asesorius terletak dekat dengan saraf glosofaringeusdan vagus. Tomor yang menyerang
saraf-saraf ini seringkali mempengaruhi saraf asesorius juga.
Badan sel saraf asesoreius terletak dibagian atas
medulla spinalis setinggi C1 sampai C5
dan mendapat persarafan dari kedua hemisfer serebri.
Yang sering mengganggu fungsi saraf ini adalah
trauma dileher.
SARAF HIPOGLOSUS ( NERVUS XII )
Saraf ini mengurus otot-otot lidah, Fungsi lidah
normal penting untuk berbicara dan menelan.
Kelemahan ringan bilateral menyebabkan penderita
mengalami kesulitan mengucapkan konsonan
dan menelan, kelemahan hebat menyebabkan penderita hamper tidak dapat
berbicara dan menelan.
Pemeriksaan lidah termasuk adanya asimetris,
deviasi, pada satu sisi dan fasikulasi.
Mula-mula pemeriksaan dilakukan didalam mulutdengan
lidah dalam keadan istirahat, kemudian dilanjutkan dengan lidah terjulur.
Kekuatan otot dievaluasi dengan meminta penderita
mendorong kedua pipinya dengan lidah , sementara pemeriksa berusaha melawan
gerakan ini dengan menekan pipi penderita.
Nukleus saraf ini terletak didalam medulla
oblongata dibawah dasar ventrikel
keempat dan mendapat persarafan dari
kedua hemisfer.
Cedra pada leher dapat menyebabkan kelemahan lidah
unilateral disettai atropi dan fasikulasi.
Tomor pada dasar fossa posterior dekat foramen
magnum dapat mengakibatkan paralysis ipsilateral pada lidah. Skelerosis lateral
amiotropik dan miastenia gravis dapat menyebabkan kelemahan bilateral.
0 komentar:
Posting Komentar