Selasa, 23 Juli 2013

Kebiasaan Pemberian Makanan Pada Bayi


Kebiasaan Pemberian Makanan Pada Bayi
 by ali imron 2013

Banyak ibu yang mengeluh mengenai kebiasaan buruk bayi mereka yang suka mengempeng setiap saat, selalu menangis minta ditimang-timang sebelum tidur, hanya bisa tertidur bila suasana sunyi senyap dan lain sebagainya.

Kunci untuk menghilangkan beberapa kebiasaan buruk ini sebenarnya mudah yaitu jangan biasakan! Untuk sementara memang Anda bisa mendapatkan hasil yang Anda inginkan seperti suasana yang tenang sejenak karena akhirnya si kecil tidak lagi menangis atau tertidur pulas. Tapi hal ini bisa membuat bayi Anda "terjebak" dalam kebiasaan buruk ini dan tentunya bisa membuat Anda menyesal di kemudian hari.

Saat Anda menyadari kesalahan ini, mungkin bayi Anda "sudah kecanduan" dengan kebiasaan yang Anda biasakan, dan memaksanya untuk menghentikan kebiasaan buruk itu bisa membuatnya trauma. Bila anak Anda sudah memiliki kebiasaan buruk, segera hentikan kebiasaan buruknya secara total. Tidak ada kata terlambat untuk mencobanya.

Kebiasaan buruk terkadang sulit untuk dilepaskan, tapi bila Anda bersungguh-sungguh dalam melakukannya dan bersikap tegas, Anda bisa membantunya lepas (dan bahkan menghindari) bayi dari kebiasaan buruk ini sejak awal.
Image credit : newbornbabyzone.com

Berikut ini adalah beberapa kebiasaan buruk bayi yang umum terjadi dan strategi untuk mengatasinya:

1.Menimang bayi Anda sampai tertidur pulas

Kebiasaan menimang-nimang bayi sambil bersenandung kecil sampai tertidur pulas hanya akan membuat Anda untuk kembali melakukan prosedur tersebut ketika bayi Anda terbangun dari tidurnya. Bayi yang dibiasakan dengan rutinitas ini tidak akan memiliki keterampilan untuk menenangkan diri sendiri sehingga akhirnya tertidur.

Orangtua sebaiknya mulai membiasakan bayi mereka untuk belajar tidur sendiri sejak dini. Anda bisa mulai melakukannya di bulan-bulan pertama dengan cara meletakkan bayi Anda di tempat tidurnya setelah perutnya kenyang dan sudah waktunya untuk tidur. Anda boleh saja menimangnya dan bersenandung kecil untuk menenangkannya sesaat, karena biasanya bayi merasa gelisah ketika mengantuk. Namun ketika kelopak mata bayi Anda mulai bergetar dan matanya terlihat "berat", sebaiknya segera letakkan si kecil di tempat tidurnya.

Apabila si kecil masih terjaga juga, walaupun sudah merasa sangat mengantuk, Anda bisa menenangkannya dengan belaian atau kata-kata lembut. Sering-seringlah menengoknya setiap beberapa saat.


2. Memberikan susu untuk menenangkan si kecil

Bagi seorang wanita yang sudah menjadi ibu, menyusui merupakan hal alami yang dilakukan untuk mempererat jalinan kasih antara ibu dan buah hati yang telah dilahirkannya. Bayi juga selalu merasa nyaman ketika menyusui berada di dalam dekapan ibunya.
Berbagai langkah atau upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam mewujudkan generasi yang sehat, cerdas dan taqwa, dengan salah satunya menganjurkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat dianjurkan oleh dokter untuk diberikan ke bayi di masa 6 bulan pertama dalam hidupnya. ASI yang diberikan pertama kali mengandung kolostrum yang bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, sehingga dapat melindunginya dari berbagai macam penyakit dan infeksi. ASI mudah dicerna, ekonomis dan memiliki zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Pemberian ASI juga dapat mempererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, serta menimbulkan rasa aman dan kedekatan emosional yang kuat. Dalam dekapan ibu, bayi akan merasa kehangatan dan perlindungan. Begitu pula sebaliknya, ibu menyusui akan merasakan puas dan bahagia, karena dapat memberikan yang terbaik bagi buah hatinya
Apabila Anda tidak mampu memberikan ASI secara ekslusif selama 6 bulan kepada bayi Anda karena satu kondisi atau lain hal, jangan terlalu menyalahkan diri Anda. Walaupun tidak ada yang bisa menggantikan ASI, cari alternatif lain dengan memberikan susu formula yang terbaik dan seimbang komposisi gizinya kepada bayi Anda.

Berkaitan dengan kebiasaan buruk bayi, hal yang sebaiknya Anda perhatikan adalah jangan terlalu berlebihan memberikan susu kepada bayi Anda. Banyak ibu yang segera menyodorkan ASI atau susu formula setiap kali mendengar bayinya menangis, tanpa melihat dahulu penyebab tangisannya.

Banyak dokter anak yang prihatin terhadap meningkatnya kasus bayi yang menderita kelebihan berat badan dan menghubungkannya dengan kebiasaan bayi yang selalu diberi minum susu secara berlebihan (di botol) agar merasa nyaman.

Hidup bayi tidak selalu berpusat pada kebutuhan minum susu. Untuk memastikan bahwa bayi Anda menangis karena lapar cobalah letakkan si kecil di kursinya dan berikan biskuit atau air putih. Bayi yang sangat lapar akan segera menghabiskan makanannya. Apabila masih menangis juga, mungkin karena bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena terlalu basah, kepanasan, kedinginan, atau hanya perlu tidur.


3. Membuat suasana rumah sunyi senyap agar bayi tertidur

Ketika bayi Anda berada di dalam rahim, bayi mendengar suara jantung yang selalu berdetak dan memompa, atau suara berdesirnya aliran darah di dalam tubuh. Tapi ketika bayi terlahir, orang tua baru banyak yang menyangka bahwa bayi butuh suasana yang serba tenang untuk tertidur.

Bila Anda membiasakan bayi Anda untuk hanya bisa tertidur dalam kondisi sunyi senyap, maka Anda akan mendapatkan masalah, karena Anda harus terus mempertahankan suasana rumah seperti itu.

Bayi sebenarnya bisa tertidur dimana saja karena otak bayi baru lahir ‘berhenti beroperasi’ ketika bayi lelah dan terstimulasi secara berlebihan. Bayi juga punya cara menenangkan dirinya sendiri agar tertidur dengan cara mengisap jempol, memejamkan mata dan memeluk selimutnya.

Bila Anda sudah terjebak dalam situasi terbiasa menciptakan suasana sunyi senyap untuk bayi Anda, anda bisa memperkenalkan berbagai suara perlahan-lahan seperti suara kipas angin atau deburan ombak yang bisa membuatnya rileks, seperti suara ketika berada di dalam kandungan. Bila bayi sudah mulai terbiasa dengan suara tersebut, anda bisa memperkenalkan suara lainnya seperti suara TV yang dipasang agak pelan. Jadi, tetap lakukan pekerjaan rumah yang biasa Anda lakukan ketika si kecil sedang tertidur.

Konsep Dasar Instrumen Penelitian


INSTRUMEN PENELITIAN
Oleh: ali imron 2013

A. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
B. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atu hal-hal yang ia ketahui.
3. Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat diamati responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, dan sebagainya.
1.      Pengolahan Data
Menurut ali imron (2013), pengolahan data digunakan agar data kasar atau data dasar tersebut dapat diorganisir, disajikan serta dianalisis untuk kemudian ditarik suatu kesimpulan. Proses kegiatan pengolahan data (Data Processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan, yakni :
a.    Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar pertanyaan, kartu, buku register dan lain-lain.
b.   Coding
Semua jawaban atau data hasil penelitian disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol atau kode tertentu untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan.
Variabel pemberian ASI eksklusif, kategori ASI eksklusif 1 dan tidak ASI eksklusif 2. Variabel pengetahuan, responden yang mempunyai pengetahuan baik diberi kode 1, pengetahuan cukup diberi kode 2, pengetahuan kurang baik 3. Variabel sikap, responden yang mempunyai sikap positif diberi kode 1 dan sikap negatif diberi kode 2.
c.    Tabulating
Tabulasi data atau tabulating yaitu menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga akan dapat dengan mudah untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi atau grafik.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang telah  dimodifikasi oleh peneliti dari kuesioner penelitian
Kuesioner tentang pengetahuan berjumlah 16 pertanyaan dan sikap berjumlah 10 pernyataan.

A.    Teknik Analisa Data
1.      Teknik Analisa Data
Data di analisis secara deskriftif dengan cara tabulasi data untuk mengetahui distribusi frekuensi dalam persentasi masing-masing variabel, yaitu variabel pengetahuan dan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif, kemudian di ulas dalam bentuk narasi.
Untuk mengetahui persentasi pada variabel pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dipergunakan rumus :
                         
     Keterangan :  P = Jumlah persentasi
                                        N = Total jumlah
                 F = Jumlah jawaban yang benar
 Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif terdiri dari 16 pertanyaan dan terdiri dari 2 alternatif jawaban (benar, salah) dimana responden hanya memilih satu diantaranya. Pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang dijawab salah diberi skor 0, kemudian dikelompokkan ke dalam tingkat pengetahuan baik apabila menjawab benar 13-16 item pertanyaan (76-100%), pengetahuan cukup apabila menjawab benar 9-12 item pertanyaan (56-75%), pengetahuan kurang apabila menjawab benar < 8 item pertanyaan (< 56%). Sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif terdiri dari 10 pernyataan yang terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu : jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju, dimana responden hanya memilih satu diantaranya. Pernyataan positif apabila  dijawab sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Pernyataan negatif apabila  dijawab sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3 dan sangat tidak setuju diberi skor 4.

C. Langkah-langkah menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan instrumen penelitian, yaitu:
1.Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.

D. Validitas dan reliabilitas Instrumen
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras, mengukur panjang kain dengan meter, dan sebagainya.

E. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur, dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas eksternal yang tinggi.

F. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian dilakukan dengan test – retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.

G. Daftar Referensi
afiat. 2013. Konsep Dasar Instrumen Penelitian. kalsel: blogspot.
Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada Media.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

By :
Free Blog Templates