Senin, 06 Februari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

KONSEP DASAR KONSEP DASAR KATARAK

A. DEFINISI
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa, lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang akibat hidrasi (penambahan cairan) pada lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan benjolan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital.

B.  PENYEBAB
     Fisik (trauma tumpul & tajam)
     Kimia
     Penyakit predisposisi seperti DM
     Genetik dan gangguan perkembangan
     Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
     Usia

C. MANIFESTASI KLINIK
Penurunan ketajaman penglihatan yang progresif. Timbul kekaburan penglihatan, silau dan hilangnya persepsi warna.

D. PATOFISIOLOGI
Secara normal lensa berwarna transparan. Hal ini terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Bila terdapat peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi penurunan sintesa jumlah protein. Maka jumlah protein dalam lensa berlebihan, sehingga pada lensa terdapat massa yang transparan atau bintik kecil di sekitar lensa dan membentuk suatu kapsul. Terjadinya penumpukan cairan, degenerasi dan disintegrasi pada serabut menyebabkan jalannya cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning dengan baik sehingga penglihatan terganggu.

E.  KLASIFIKASI PENYAKIT
1)   Katarak primer
a.    Karatak kongenital
Terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit:
-      Rubella
-      Galaktosemi
-      DM
b.    Katarak juvenil
Merupakan lanjutan di katarak kongenital, terbentuk pada usia 3 bulan sampai dengan 9 tahun.
c.    Katarak senil
Katarak yang terdapat pada usia di atas 50 tahun.
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senil dibedakan atas:
-      Katarak Insipien
Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti biji dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior.
-      Katarak Immature
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Kekeruhan terdapat pada bagian posterior dan belakang nukleus lensa
-      Katarak Matur
Kekeruhan yang telah mengenai seluruh massa lensa. Sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa.
-      Katarak Hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun, terjadi kerusakan kapsul lensa sehingga isi korteks yang mencair keluar dari lensa menjadi kempis.
2)   Katarak sekunder
Katarak sekunder (komplikata) adalah katarak yang terjadi akibat penyakit lain atau setelah trauma yang memecah lensa.
Penyebab katarak sekunder (komplikata) yaitu:
a.    Penyakit mata (yang menyebabkan katarak monokuler)
-      Uveitis
-      Glaucoma
-      Miopi maligna
-      Ablasio retina yang lama
b.    Penyakit sistemik
-      Galaktosemia
-      Diabetes Mellitus
-      Tetani akibat insufisiensi gland; paratiroid pasca bedah struma
c.    Trauma
1.    Trauma fisik
·      Trauma tumpul, menyebabkan katarak:
-      Vissious ring
-      Berbentuk roset (bintang)
-      Katarak zonular (malelar)
-      Katarak kapsula lentis yang keriput.
·      Trauma tajam (tembus)

2.    Trauma radiasi
3.    Trauma toksik

F.  PENATALAKSANAAN
1)   Pada katarak kongenital dapat dilakukan tredektomi optis. Apabila lensa keruh sehingga tidak tampak /dapat dilakukan tredektomi optis pada anak usia kurang dari satu tahun maka dapat dilakukan insisi lensa, untuk anak yang lebih besar dapat dilakukan ekstraksi linier.
2)   Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks tidak tampak dan bila katarak bersifat total. Operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila sudah dapat dilakukan pembiusan.
3)   Operasi/pembedahan pada jenis katarak lain:
a.    ECCE (Ekstra Catarak Capsular Ekstrasi)
Tindakan pembedahan dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
b.    ICCE(Intra Catarak Capsular Ekstraksi)
Pembedakan dengan mengeluarkan isi lensa bersama kapsul. EKIK tidak boleh dilakukan pada usia kurang dari 40 tahun, karena masih mempunyai ligament hialoedia kapsuler.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul:
1)   Glaucoma
2)   Ablasio retina





H. PERAWATAN
Perawatan di rumah setelah operasi katarak:
1)    Mencuci tangan sebelum menyentuh mata / saat memberi obat mata.
2)    Usahakan agar tidak menyentuh / menggosok mata yang telah dioperasi.
3)    Hindari mengangkat benda berat > 5 kg selama ± 1 bulan.
4)    Mata yang telah di operasi tidak boleh kena air selama ± 1 bulan.
5)    Hindari mata yang telah di operasi dari debu, benturan, asap dan sinar matahari dengan menggunakan kaca mata pengaman.
6)    Hindari mengedan dengan kuat, membungkuk, sujud, batuk, dan bersin kuat.
7)    Lebih banyak makan makanan bergizi.
8)    Batasi membaca, nonton TV biasanya diperbolehkan.
9)    Bila perlu gunakan penutup mata.
10) Satu minggu setelah keluar dari rumah sakit, kontrol di POLIKLINIK mata untuk mendapatkan pengobatan lanjut.
11) Kontrol maya yang telah di operasi setiap bulan untuk pengobatan lanjut.
12) Tiga bulan setelah operasi, boleh pakai kaca mata ukuran.
13) Selama satu bulan tidak boleh berhubungan suami istri.
14) Lapor ke dokter / tenaga kesehatan lain bila ada tanda-tanda bengkak, keluar kotoran yang banyak dan rasa nyeri pada mata.








KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KATARAK

A. Pengkajian/Data Dasar Pengkajian
1)   Aktivitas / istirahat
Gejala           :  perubahan aktivitas biasanya / hobby berhubungan dengan gangguan penglihatan.
2)   Neurosensori
Gejala           :  gangguan penglihatan (kabur, tidak jelas) sinar terang mengakibatkan silau dengan kehilangan bertatap mata perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap.
Tanda           :  tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. penglihatan.

B.  Pemeriksaan Diagnostik
1)   Snallen chart / mesin telebinokular
2)   Lapang penglihatan
3)   Opthalmoscopy
4)   Darah lengkap / LED
5)   EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
6)   Test Toleransi Glukosa

C. Prioritas Keperawatan
1)   Untuk mencegah penyimpangan penglihatan lebih lanjut.
2)   Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan.
3)   Mencegah komplikasi operasi.
4)   Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.
D. Tujuan Pemulangan
1)   Penglihatan di pertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
2)   Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
3)   Komplikasi dicegah / minimal.
4)   Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami.

E.  Diagnosa yang Mungkin Muncul
PRE OPERASI
1)   Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan sensori sekunder akibat katarak.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan ketajaman penglihatan.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di sekitarnya.
c.    Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d.   Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2)   Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur bedah invasif yang akan dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
a.    Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di sekitarnya.
c.    Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d.   Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

POST OPERASI
1)   Perubahan kenyamanan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat operasi ekstraksi katarak.
Kriteria evaluasi:
Mengatakan bahwa sakit telah terkontrol/dihilangkan.
Intervensi:
a.    Kaji karakteristik nyeri.
b.    Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas hiburan.
c.    Berikan lingkungan yang tenang (kondusif) untuk istirahat.
d.   Ajarkan teknik relaksasi.
e.    Kolaborasi pemberian anastesi.
2)   Gangguan sensori – perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan.
c.    Observasi tanda-tanda, dan gejala-gejala disorientasi.
d.   Dekatkan dari sisi yang tidak di operasi, bicara dan menyentuh.
e.    Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
f.    Ingatkan klien untuk memakai kaca mata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%.
g.    Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak di operasi.
3)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainage purulen, eritrema dan demam.
b.    Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan resiko infeksi.
Intervensi:
a.    Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
b.    Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tissue basah / bola kapas setiap usapan.
c.    Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang di operasi.
d.   Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi.
e.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.

4)   Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intra okuler, kehilangan vitreous.
Kriteria evaluasi:
a.    Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b.    Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi:
a.    Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan balutan mata.
b.    Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan.
c.    Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggosok mata membungkuk.
d.   Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru.
e.    Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress.
f.    Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
g.    Minta klien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba.
h.    Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
i.     Kolaborasi pemberian Antipiretik, Analgesik.
5)   Kurang pengetahuan tentang prosedur, kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan dokumentasi mengenal sumber informasi, keterbatasan cognitive.
Kriteria evaluasi:
a.    Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan. Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b.    Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi:
a.    Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
b.    Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
c.    Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
d.   Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara obat mata dan masalah medis klien.
e.    Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, meniup hidung.
f.    Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio.
g.    Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata gelap bila keluar /dalam ruang terang.
h.    Dorong pemasukan cairan adekuat / gejala memerlukan upaya evaluasi medis.
















Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purnawan, J. (et al). 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jakarta: FKUI
Sidarta, Ilyas. (et al). 1981. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI


























ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M
DENGAN POST OP KATARAK
DI RUANG BEDAH KELAS II
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

I.       DATA DEMOGRAFI
A.     IDENTITAS PASIEN
Nama                            :  Tn. M
Umur                            :  60 tahun
Jenis kelamin                :  Laki-laki
Suku bangsa                  :  Jawa/Indonesia
Pendidikan                   :  SD
Pekerjaan                      :  Swasta
Status perkawinan         :  Kawin
Alamat                         :  Landasan Ulin, Banjarbaru.
Tanggal wawancara       :  2 April 2004
Tanggal MRS                :  2 April 2004
Nomor RMK                 : 040956
Diagnosa Medis            :  DS Katarak Matur
Penanggung Jawab        :  Tn. Anwar (Anak)

II.     POLA FUNGSIONAL
A.     PERSEPSI KESEHATAN DAN PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan mata kirinya kabur dan tidak dapat melihat dengan jelas. Klien sebelumnya hanya berobat jalan selama ± 1 bulan, dan ternyata ditemukan katarak jenis matur di sebelah mata kirinya.
Visus os: 3/60.

3. Penggunaan Obat Sekarang:
-    Polidex tetes
-    Asam Mefenamat 500 mg
-    Robamox 500 mg
-    Prednison
: 4 x 1 tetes / hari
: 3 x 1
: 3 x 1
: 3 x 2

4. Riwayat Penyakit Dahulu
± 6 bulan yang lalu, klien mengeluh penglihatannya kabur, mata sebelah kiri terasa seperti ada selaput yang menutupinya. Sebelumnya klien mengira hanya gangguan biasa pada matanya, yang dengan pengobatan biasa (pemberian tetes mata biasa) akan sembuh.

5. Riwayat alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi, baik terhadap makanan, suhu, debu, dan bahan lainnya.

6. kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien masih merokok dan bisa menghabiskan 4 – 6 batang dalam setiap harinya. Klien tidak pernah minum minuman keras / beralkohol. Klien biasa minum obat tetracycline apabila klien merasakan badannya tidak sehat atau tidak nyaman, dan klien juga mengkonsumsi obat rhematik apabila rematiknya kambuh.



7. Riwayat Penyakit Keluarga:
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit seperti itu.

8. Riwayat  Sosial
Riwayat sosial klien baik. Klien ditunggui oleh istrinya selama dirawat di rumah sakit. Di lingkungan tempat tinggalnya klien sebagai orang yang dimintai pendapat .
Klien sangat ramah.

9. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan visus dengan menggunakan Snallen Chart.

B.      POLA NUTRISI-MATABOLIK
1. Masukan  Nutrisi Sebelum Sakit:
Sebelum sakit kebiasaan klien makan 3 kali sehari, sarapan pagi, makan siang, dan makan sore hari yang masing-masing porsinya sebanyak 1 porsi (1 piring), terdiri atas nasi putih, lauk-pauk dan sayur. Minum air putih sebanyak 6 – 8 gelas belimbing sehari.
Tidak ada makanan pantangan.

2. Saat  Sakit
Selama dirawat di rumah sakit tidak ada keluhan nafsu makan. Klien makan 3 kali dalam sehari dan semua porsi makanan dihabiskan, terkecuali ikan. Klien mengatakan tidak berani makan ikan, karena menurut beliau akan memperlambat penyembuhan mata yang di operasi. Diet klien nasi biasa.
Berat badan klien 6 bulan terakhir tetap seperti sebelum sakit yaitu: 65 kg.
C.     POLA ELIMINASI
Biasanya klien BAB sebanyak 2 x dalam sehari. Namun selama di rawat di rumah sakit klien tidak BAB, tetapi tidak ada keluhan pada klien. Frekuensi BAB 2 – 3 x dalam sehari. Tidak ada masalah dalam BAB.

D.     POLA AKTIVITAS - LATIHAN
Rentang gerak klien tidak terbatas. Klien mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa dibantu. Keseimbangan dan cara berjalan klien tidak ada masalah.

E.      POLA TIDUR-ISTIRAHAT
Selama dirawat di rumah sakit tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. Klien tidur selama ± 6 – 8 jam, dan klien merasa segar ketika bangun tidur.

F.      POLA KOGNITIF- KONSEPTUAL
-      Pendengaran klien baik, tidak menggunakan alat bantu dengar.
-      Sejak sebelum operasi klien menggunakan kaca mata plus minus.
-      Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur, pupil isokor, refleks cahaya mata kiri dan kanan bagus
Kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6.

G.     POLA PERSEPSI/KONSEP DIRI
Tidak ada permasalahan dalam perawatan, baik cara perawatan maupun dari segi finansial.



H.     POLA PERAN/HUBUNGAN
Klien sangat diperhatikan oleh istrinya. Klien bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan klien tidak tetap.

I.       POLA SEKSUALITAS
Tidak ada riwayat penyakit kelamin. Tidak ada keluhan disampaikan sehubungan dengan gangguan sexualitas.

J.       POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
Kemampuan adaptasi baik. Cara pengambilan keputusan dibantu oleh istri.

K.     POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Klien seorang Muslim, selama di rawat klien bisa menjalankan sholat. Tidak perlu kunjungan pemuka agama.

L.      PEMERIKSAAN FISIK
a.    Tanda Vital
Tinggi badan            :  170 cm
Berat badan             :  -
Suhu                        :  36,6°C
Tekanan Darah         :  140/80 mmHg
Nadi                        :  72 x /menit
Respirasi                  :  180 x /menit
Warna kulit              :  sawo matang; turgor kulit baik (kembali ± 2 detik setelah dicubit).

b.    Rambut dan Kulit Kepala
Keadaan rambut klien tipis, distribusi merata, warna rambut putih. Kulit kepala agak berminyak.

c.    Mulut
Gigi atas partial, gigi bawah penuh, terdapat caries pada gigi atas, mulut terlihat agak kotor, tidak ada lesi pada gusi, lidah agak kotor, mukosa mulut normal.

d.   Mata
Terdapat luka operasi pada mata kiri dan tertutup verban. Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Mata kanan tidak ada masalah. Visus OS 3/60.

e.    Abdomen
Struktur abdomen simetris. Tidak ada distensi abdomen.

f.    Muskuloskeletal
Rentang gerak klien tidak terbatas. Klien dapat melakukan aktivitasnya tanpa dibantu oleh keluarga. Tidak ada kelainan muskuloskeletal. Keseimbangan dan cara berjalan klien tidak ada masalah.







III.   ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS:   - klien mengatakan pandangan mata kiri kabur.
DO: -  Visus OS 3/60
-  Terdapat luka operasi pada mata kiri.
-  Mata kiri tertutup verban.
Luka bekas operasi pada mata kiri.
Perubahan persepsi sensori
2.
DS:   -
DO: -  mata kiri tertutup verban.
Keterbatasan penglihatan.
Resiko tinggi terjadi cedera
3.
DS:   -
DO: - 
Peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan pembedahan dari permukaan mata.
Resiko tinggi terjadi infeksi.
4.
DS:   - Klien mengatakan ikan akan memperlambat penyembuhan.
DO: -  Ikan yang diberikan tidak dimakan.
Informasi yang salah.
Kurang pengetahuan.

 



IV.   RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL

1.

Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan:
-     Klien mengatakan pandangan mata kiri kabur.
-     Terdapat luka operasi pada mata kiri.
-     Mata kiri tertutup verban.
-     Visus OS 3/60


Ketajaman mata individu meningkat dalam batas situasi.


-     Tentukan ketajaman penglihatan dan catat apakah satu/ kedua mata terlibat.
-     Orientasikan klien terhadap lingkungan yang ada di sekitar.
-     Letakkan barang yang sering dipergunakan dalam jangkauan dan pada sisi yang tidak sakit.
-     Anjurkan klien mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan buah-buahan.
-     Berikan obat sesuai terapi.

-     Untuk mengetahui tingkat kehilangan penglihatan yang terjadi.

-     Memberikan peningkatan keamanan dan mengurangi cemas.
-     Memungkinkan klien melihat objek lebih jelas dan memudahkan untuk mengambilnya.
-     Untuk menunjang penyembuhan luka operasi.

-     Membantu mempercepat penyembuhan

2.

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

Tidak terjadi cedera

-     Anjurkan klien untuk menggunakan kaca mata untuk melihat dekat.



-     Pertahankan tempat tidur pada ketinggian yang paling rendah.
-     Diskusikan dengan keluarga bagaimana pemeliharaan di rumah

-     Selain lensa pengganti juga diperlukan kaca mata untuk melihat dekat karena mata ini tidak memiliki daya akomodasi sehingga dapat mencegah terjadinya cedera.
-     Membantu menurunkan resiko/ melindungi dari kemungkinan cedera.
-     Mempertinggi pemahaman keluarga tentang bagaimana cara pemeliharaan di rumah agar tidak terjadi cedera.


3.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan pembedahan permukaan mata.
Infeksi tidak terjadi, tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsio laesa serta tidak ada cairan abnormal yang keluar dari mata.
-     Jelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
-     Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata.
-     Ganti balutan minimal 2x dalam sehari.
-     Tekankan untuk tidak menyentuh mata yang di operasi.
-     Observasi/diskusikan tanda-tanda terjadinya infeksi.

-     Berikan antibiotik sesuai terapi.
-     Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

-     Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran dan kontaminasi silang.
-     Mencegah kontaminasi.

-     Mencegah kontaminasi dari tangan.

-     Dapat diketahui secara dini apakah ada muncul tanda-tanda infeksi.
-     Antibiotik adalah bahan kimia yang dikeluarkan jasad renik / hasil sintesis di mana zat ini dapat merintangi/ memusnahkan jasad renik lainnya. Anti septik pada tetes mata dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput mata.

4.

Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kecukupan nutrisi berhubungan dengan informasi yang salah, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan:
-     Tidak tepat mengikuti instruksi.
-     Menyatakan salah konsepsi.
-     Tidak makan ikan yang diberikan.
-     Pernyataan meminta informasi.

Klien mengerti tentang pentingnya asupan kelengkapan nutrisi untuk proses penyembuhan.

-     Tekankan pentingnya kecukupan nutrisi dalam menunjang proses penyembuhan.
-     Informasikan kepada klien mengenai nutrisi yang diberikan

-     Anjurkan kepada klien agar selalu menghabiskan diet yang telah diberikan.

-     Nutrisi yang cukup akan membantu mempercepat proses penyembuhan.

-     Informasi yang diberikan akan meningatkan pengetahuan klien tentang kecukupan nutrisi.
-     Diet yang diberikan akan membantu proses penyembuhan.




V.     CATATAN PERAWATAN

NO

DIAGNOSA

IMPLEMENTASI

EVALUASI


1.

 

I


-      Mengorientasikan ruangan klien dan mengorientasikan apa yang ada di dalam ruangan klien.
-      Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan bergizi, meminum susu, dan memakan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C seperti pisang.
-      memberikan obat sesuai terapi (polidex tetes 1 tetes, asam Mefenamat 1 tablet 500 gr, robamox tablet 500 gr, prednison 1 tablet)

-      Klien mengena-li dan dapat beradaptasi dengan lingku-ngan di dalam ruangan klien dirawat.
-      Klien mengata-kan akan me-ngikuti anjuran perawat.
2.

II

-      Menganjurkan klien untuk menggunakan kaca mata untuk melihat dekat
-      Mempertahankan tempat tidur pada posisi ketinggian yang paling minimal.
-      Mengajak keluarga berdiskusi dan memberikan sarang kepada keluarga bagaimana cara pemeliharaan di rumah agar tidak mencelakai klien.
-      Klien dan keluarga mengerti bagaimana pemeliharaan di rumah agar tidak menimbulkan cedera bagi klien.

3.

III

-      Menjelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa sangat penting mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh/ mengobati mata agar tidak terjadi infeksi.
-      Mengganti balitan sebanyak 2 kali sehari.
-      Memperingatkan klien agar tidak menyentuh mata yang di operasi.
-      Mengobservasi tanda-tanda terjadinya infeksi, seperti adanya kemerahan di sekitar mata yang di operasi.
-      Memberikan polidex tetes sebanyak 1 kali sehari.
-      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas.

-      Kontaminasi tidak terjadi
-      Kontaminasi tidak terjadi
-      Infeksi tidak ditemukan


-      Tidak ada infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas.

4.

IV

-      Menjelaskan kepada klien akan pentingnya kecukupan nutrisi dalam menunjang proses penyembuhan.
-      Memberikan informasi kepada klien tentang guna/manfaat nutrisi yang diberikan.
-      Menganjurkan kepada klien agar selalu menghabiskan diet yang diberikan.
-      Klien mengerti tentang penjelasan pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan.
-      Klien menunjukkan pemahaman dari informasi yang diberikan, dapat dibuktikan dengan klien dapat menjelaskan kembali tentang manfaat kecukupan nutrisi.
-      Diet yang diberikan selalu dihabiskan.


A. DEFINISI
Katarak adalah penurunan progresif kejernihan lensa, lensa menjadi keruh, atau berwarna putih abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang akibat hidrasi (penambahan cairan) pada lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan benjolan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital.

B.  PENYEBAB
     Fisik (trauma tumpul & tajam)
     Kimia
     Penyakit predisposisi seperti DM
     Genetik dan gangguan perkembangan
     Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
     Usia

C. MANIFESTASI KLINIK
Penurunan ketajaman penglihatan yang progresif. Timbul kekaburan penglihatan, silau dan hilangnya persepsi warna.

D. PATOFISIOLOGI
Secara normal lensa berwarna transparan. Hal ini terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Bila terdapat peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, maka terjadi penurunan sintesa jumlah protein. Maka jumlah protein dalam lensa berlebihan, sehingga pada lensa terdapat massa yang transparan atau bintik kecil di sekitar lensa dan membentuk suatu kapsul. Terjadinya penumpukan cairan, degenerasi dan disintegrasi pada serabut menyebabkan jalannya cahaya tidak dapat difokuskan pada bintik kuning dengan baik sehingga penglihatan terganggu.

E.  KLASIFIKASI PENYAKIT
1)   Katarak primer
a.    Karatak kongenital
Terjadi sebelum dan segera setelah bayi lahir. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit:
-      Rubella
-      Galaktosemi
-      DM
b.    Katarak juvenil
Merupakan lanjutan di katarak kongenital, terbentuk pada usia 3 bulan sampai dengan 9 tahun.
c.    Katarak senil
Katarak yang terdapat pada usia di atas 50 tahun.
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senil dibedakan atas:
-      Katarak Insipien
Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti biji dengan dasar di perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior.
-      Katarak Immature
Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih ditemukan bagian-bagian yang jernih. Kekeruhan terdapat pada bagian posterior dan belakang nukleus lensa
-      Katarak Matur
Kekeruhan yang telah mengenai seluruh massa lensa. Sehingga semua sinar yang melalui pupil dipantulkan kembali di permukaan anterior lensa.
-      Katarak Hipermatur
Korteks lensa mencair sehingga nukleus lensa turun, terjadi kerusakan kapsul lensa sehingga isi korteks yang mencair keluar dari lensa menjadi kempis.
2)   Katarak sekunder
Katarak sekunder (komplikata) adalah katarak yang terjadi akibat penyakit lain atau setelah trauma yang memecah lensa.
Penyebab katarak sekunder (komplikata) yaitu:
a.    Penyakit mata (yang menyebabkan katarak monokuler)
-      Uveitis
-      Glaucoma
-      Miopi maligna
-      Ablasio retina yang lama
b.    Penyakit sistemik
-      Galaktosemia
-      Diabetes Mellitus
-      Tetani akibat insufisiensi gland; paratiroid pasca bedah struma
c.    Trauma
1.    Trauma fisik
·      Trauma tumpul, menyebabkan katarak:
-      Vissious ring
-      Berbentuk roset (bintang)
-      Katarak zonular (malelar)
-      Katarak kapsula lentis yang keriput.
·      Trauma tajam (tembus)

2.    Trauma radiasi
3.    Trauma toksik

F.  PENATALAKSANAAN
1)   Pada katarak kongenital dapat dilakukan tredektomi optis. Apabila lensa keruh sehingga tidak tampak /dapat dilakukan tredektomi optis pada anak usia kurang dari satu tahun maka dapat dilakukan insisi lensa, untuk anak yang lebih besar dapat dilakukan ekstraksi linier.
2)   Operasi katarak kongenital dilakukan bila refleks tidak tampak dan bila katarak bersifat total. Operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila sudah dapat dilakukan pembiusan.
3)   Operasi/pembedahan pada jenis katarak lain:
a.    ECCE (Ekstra Catarak Capsular Ekstrasi)
Tindakan pembedahan dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
b.    ICCE(Intra Catarak Capsular Ekstraksi)
Pembedakan dengan mengeluarkan isi lensa bersama kapsul. EKIK tidak boleh dilakukan pada usia kurang dari 40 tahun, karena masih mempunyai ligament hialoedia kapsuler.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul:
1)   Glaucoma
2)   Ablasio retina





H. PERAWATAN
Perawatan di rumah setelah operasi katarak:
1)    Mencuci tangan sebelum menyentuh mata / saat memberi obat mata.
2)    Usahakan agar tidak menyentuh / menggosok mata yang telah dioperasi.
3)    Hindari mengangkat benda berat > 5 kg selama ± 1 bulan.
4)    Mata yang telah di operasi tidak boleh kena air selama ± 1 bulan.
5)    Hindari mata yang telah di operasi dari debu, benturan, asap dan sinar matahari dengan menggunakan kaca mata pengaman.
6)    Hindari mengedan dengan kuat, membungkuk, sujud, batuk, dan bersin kuat.
7)    Lebih banyak makan makanan bergizi.
8)    Batasi membaca, nonton TV biasanya diperbolehkan.
9)    Bila perlu gunakan penutup mata.
10) Satu minggu setelah keluar dari rumah sakit, kontrol di POLIKLINIK mata untuk mendapatkan pengobatan lanjut.
11) Kontrol maya yang telah di operasi setiap bulan untuk pengobatan lanjut.
12) Tiga bulan setelah operasi, boleh pakai kaca mata ukuran.
13) Selama satu bulan tidak boleh berhubungan suami istri.
14) Lapor ke dokter / tenaga kesehatan lain bila ada tanda-tanda bengkak, keluar kotoran yang banyak dan rasa nyeri pada mata.








KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KATARAK

A. Pengkajian/Data Dasar Pengkajian
1)   Aktivitas / istirahat
Gejala           :  perubahan aktivitas biasanya / hobby berhubungan dengan gangguan penglihatan.
2)   Neurosensori
Gejala           :  gangguan penglihatan (kabur, tidak jelas) sinar terang mengakibatkan silau dengan kehilangan bertatap mata perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap.
Tanda           :  tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil. penglihatan.

B.  Pemeriksaan Diagnostik
1)   Snallen chart / mesin telebinokular
2)   Lapang penglihatan
3)   Opthalmoscopy
4)   Darah lengkap / LED
5)   EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
6)   Test Toleransi Glukosa

C. Prioritas Keperawatan
1)   Untuk mencegah penyimpangan penglihatan lebih lanjut.
2)   Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan / penurunan ketajaman penglihatan.
3)   Mencegah komplikasi operasi.
4)   Memberikan informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.
D. Tujuan Pemulangan
1)   Penglihatan di pertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
2)   Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.
3)   Komplikasi dicegah / minimal.
4)   Proses penyakit / prognosis dan program terapi dipahami.

E.  Diagnosa yang Mungkin Muncul
PRE OPERASI
1)   Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan sensori sekunder akibat katarak.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan ketajaman penglihatan.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di sekitarnya.
c.    Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d.   Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2)   Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur bedah invasif yang akan dilaksanakan.
Kriteria evaluasi:
a.    Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Kaji ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan, staf dan orang lain di sekitarnya.
c.    Dekatkan barang-barang yang diperlukan (piring, gelas, dan lain-lain).
d.   Anjurkan keluarga untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

POST OPERASI
1)   Perubahan kenyamanan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder akibat operasi ekstraksi katarak.
Kriteria evaluasi:
Mengatakan bahwa sakit telah terkontrol/dihilangkan.
Intervensi:
a.    Kaji karakteristik nyeri.
b.    Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas hiburan.
c.    Berikan lingkungan yang tenang (kondusif) untuk istirahat.
d.   Ajarkan teknik relaksasi.
e.    Kolaborasi pemberian anastesi.
2)   Gangguan sensori – perseptual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori / status organ indera, lingkungan secara terapeutik dibatasi.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
b.    Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
c.    Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a.    Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.    Orientasikan klien terhadap lingkungan.
c.    Observasi tanda-tanda, dan gejala-gejala disorientasi.
d.   Dekatkan dari sisi yang tidak di operasi, bicara dan menyentuh.
e.    Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata.
f.    Ingatkan klien untuk memakai kaca mata katarak yang tujuannya memperbesar ± 25%.
g.    Letakkan barang yang dibutuhkan dalam jangkauan pada sisi yang tidak di operasi.
3)   Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
Kriteria evaluasi:
a.    Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainage purulen, eritrema dan demam.
b.    Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan resiko infeksi.
Intervensi:
a.    Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
b.    Gunakan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari dalam keluar dengan tissue basah / bola kapas setiap usapan.
c.    Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata yang di operasi.
d.   Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi.
e.    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.

4)   Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan TIO, perdarahan intra okuler, kehilangan vitreous.
Kriteria evaluasi:
a.    Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
b.    Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi:
a.    Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi tentang nyeri, pembatasan aktivitas, penampilan balutan mata.
b.    Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tidak sakit sesuai keinginan.
c.    Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggosok mata membungkuk.
d.   Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru.
e.    Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress.
f.    Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
g.    Minta klien untuk membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-tiba.
h.    Observasi pembengkakan luka, bilik anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
i.     Kolaborasi pemberian Antipiretik, Analgesik.
5)   Kurang pengetahuan tentang prosedur, kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan dokumentasi mengenal sumber informasi, keterbatasan cognitive.
Kriteria evaluasi:
a.    Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan. Tampil santai, dapat beristirahat / tidur cukup.
b.    Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

Intervensi:
a.    Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur / lensa.
b.    Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
c.    Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
d.   Diskusikan kemungkinan efek / interaksi antara obat mata dan masalah medis klien.
e.    Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, meniup hidung.
f.    Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar radio.
g.    Anjurkan klien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan menggunakan kaca mata gelap bila keluar /dalam ruang terang.
h.    Dorong pemasukan cairan adekuat / gejala memerlukan upaya evaluasi medis.
















Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Purnawan, J. (et al). 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jakarta: FKUI
Sidarta, Ilyas. (et al). 1981. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI


























ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M
DENGAN POST OP KATARAK
DI RUANG BEDAH KELAS II
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

I.       DATA DEMOGRAFI
A.     IDENTITAS PASIEN
Nama                            :  Tn. M
Umur                            :  60 tahun
Jenis kelamin                :  Laki-laki
Suku bangsa                  :  Jawa/Indonesia
Pendidikan                   :  SD
Pekerjaan                      :  Swasta
Status perkawinan         :  Kawin
Alamat                         :  Landasan Ulin, Banjarbaru.
Tanggal wawancara       :  2 April 2004
Tanggal MRS                :  2 April 2004
Nomor RMK                 : 040956
Diagnosa Medis            :  DS Katarak Matur
Penanggung Jawab        :  Tn. Anwar (Anak)

II.     POLA FUNGSIONAL
A.     PERSEPSI KESEHATAN DAN PENANGANAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama:
Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Sebelum masuk rumah sakit, klien merasakan mata kirinya kabur dan tidak dapat melihat dengan jelas. Klien sebelumnya hanya berobat jalan selama ± 1 bulan, dan ternyata ditemukan katarak jenis matur di sebelah mata kirinya.
Visus os: 3/60.

3. Penggunaan Obat Sekarang:
-    Polidex tetes
-    Asam Mefenamat 500 mg
-    Robamox 500 mg
-    Prednison
: 4 x 1 tetes / hari
: 3 x 1
: 3 x 1
: 3 x 2

4. Riwayat Penyakit Dahulu
± 6 bulan yang lalu, klien mengeluh penglihatannya kabur, mata sebelah kiri terasa seperti ada selaput yang menutupinya. Sebelumnya klien mengira hanya gangguan biasa pada matanya, yang dengan pengobatan biasa (pemberian tetes mata biasa) akan sembuh.

5. Riwayat alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi, baik terhadap makanan, suhu, debu, dan bahan lainnya.

6. kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Klien masih merokok dan bisa menghabiskan 4 – 6 batang dalam setiap harinya. Klien tidak pernah minum minuman keras / beralkohol. Klien biasa minum obat tetracycline apabila klien merasakan badannya tidak sehat atau tidak nyaman, dan klien juga mengkonsumsi obat rhematik apabila rematiknya kambuh.



7. Riwayat Penyakit Keluarga:
Klien mengatakan bahwa tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit seperti itu.

8. Riwayat  Sosial
Riwayat sosial klien baik. Klien ditunggui oleh istrinya selama dirawat di rumah sakit. Di lingkungan tempat tinggalnya klien sebagai orang yang dimintai pendapat .
Klien sangat ramah.

9. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan visus dengan menggunakan Snallen Chart.

B.      POLA NUTRISI-MATABOLIK
1. Masukan  Nutrisi Sebelum Sakit:
Sebelum sakit kebiasaan klien makan 3 kali sehari, sarapan pagi, makan siang, dan makan sore hari yang masing-masing porsinya sebanyak 1 porsi (1 piring), terdiri atas nasi putih, lauk-pauk dan sayur. Minum air putih sebanyak 6 – 8 gelas belimbing sehari.
Tidak ada makanan pantangan.

2. Saat  Sakit
Selama dirawat di rumah sakit tidak ada keluhan nafsu makan. Klien makan 3 kali dalam sehari dan semua porsi makanan dihabiskan, terkecuali ikan. Klien mengatakan tidak berani makan ikan, karena menurut beliau akan memperlambat penyembuhan mata yang di operasi. Diet klien nasi biasa.
Berat badan klien 6 bulan terakhir tetap seperti sebelum sakit yaitu: 65 kg.
C.     POLA ELIMINASI
Biasanya klien BAB sebanyak 2 x dalam sehari. Namun selama di rawat di rumah sakit klien tidak BAB, tetapi tidak ada keluhan pada klien. Frekuensi BAB 2 – 3 x dalam sehari. Tidak ada masalah dalam BAB.

D.     POLA AKTIVITAS - LATIHAN
Rentang gerak klien tidak terbatas. Klien mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa dibantu. Keseimbangan dan cara berjalan klien tidak ada masalah.

E.      POLA TIDUR-ISTIRAHAT
Selama dirawat di rumah sakit tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat. Klien tidur selama ± 6 – 8 jam, dan klien merasa segar ketika bangun tidur.

F.      POLA KOGNITIF- KONSEPTUAL
-      Pendengaran klien baik, tidak menggunakan alat bantu dengar.
-      Sejak sebelum operasi klien menggunakan kaca mata plus minus.
-      Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur, pupil isokor, refleks cahaya mata kiri dan kanan bagus
Kesadaran compos mentis, GCS 4-5-6.

G.     POLA PERSEPSI/KONSEP DIRI
Tidak ada permasalahan dalam perawatan, baik cara perawatan maupun dari segi finansial.



H.     POLA PERAN/HUBUNGAN
Klien sangat diperhatikan oleh istrinya. Klien bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan klien tidak tetap.

I.       POLA SEKSUALITAS
Tidak ada riwayat penyakit kelamin. Tidak ada keluhan disampaikan sehubungan dengan gangguan sexualitas.

J.       POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
Kemampuan adaptasi baik. Cara pengambilan keputusan dibantu oleh istri.

K.     POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Klien seorang Muslim, selama di rawat klien bisa menjalankan sholat. Tidak perlu kunjungan pemuka agama.

L.      PEMERIKSAAN FISIK
a.    Tanda Vital
Tinggi badan            :  170 cm
Berat badan             :  -
Suhu                        :  36,6°C
Tekanan Darah         :  140/80 mmHg
Nadi                        :  72 x /menit
Respirasi                  :  180 x /menit
Warna kulit              :  sawo matang; turgor kulit baik (kembali ± 2 detik setelah dicubit).

b.    Rambut dan Kulit Kepala
Keadaan rambut klien tipis, distribusi merata, warna rambut putih. Kulit kepala agak berminyak.

c.    Mulut
Gigi atas partial, gigi bawah penuh, terdapat caries pada gigi atas, mulut terlihat agak kotor, tidak ada lesi pada gusi, lidah agak kotor, mukosa mulut normal.

d.   Mata
Terdapat luka operasi pada mata kiri dan tertutup verban. Klien mengatakan pandangan mata kirinya kabur, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Mata kanan tidak ada masalah. Visus OS 3/60.

e.    Abdomen
Struktur abdomen simetris. Tidak ada distensi abdomen.

f.    Muskuloskeletal
Rentang gerak klien tidak terbatas. Klien dapat melakukan aktivitasnya tanpa dibantu oleh keluarga. Tidak ada kelainan muskuloskeletal. Keseimbangan dan cara berjalan klien tidak ada masalah.







III.   ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS:   - klien mengatakan pandangan mata kiri kabur.
DO: -  Visus OS 3/60
-  Terdapat luka operasi pada mata kiri.
-  Mata kiri tertutup verban.
Luka bekas operasi pada mata kiri.
Perubahan persepsi sensori
2.
DS:   -
DO: -  mata kiri tertutup verban.
Keterbatasan penglihatan.
Resiko tinggi terjadi cedera
3.
DS:   -
DO: - 
Peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan pembedahan dari permukaan mata.
Resiko tinggi terjadi infeksi.
4.
DS:   - Klien mengatakan ikan akan memperlambat penyembuhan.
DO: -  Ikan yang diberikan tidak dimakan.
Informasi yang salah.
Kurang pengetahuan.

 



IV.   RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL

1.

Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan:
-     Klien mengatakan pandangan mata kiri kabur.
-     Terdapat luka operasi pada mata kiri.
-     Mata kiri tertutup verban.
-     Visus OS 3/60


Ketajaman mata individu meningkat dalam batas situasi.


-     Tentukan ketajaman penglihatan dan catat apakah satu/ kedua mata terlibat.
-     Orientasikan klien terhadap lingkungan yang ada di sekitar.
-     Letakkan barang yang sering dipergunakan dalam jangkauan dan pada sisi yang tidak sakit.
-     Anjurkan klien mengkonsumsi nutrisi yang cukup dan buah-buahan.
-     Berikan obat sesuai terapi.

-     Untuk mengetahui tingkat kehilangan penglihatan yang terjadi.

-     Memberikan peningkatan keamanan dan mengurangi cemas.
-     Memungkinkan klien melihat objek lebih jelas dan memudahkan untuk mengambilnya.
-     Untuk menunjang penyembuhan luka operasi.

-     Membantu mempercepat penyembuhan

2.

Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

Tidak terjadi cedera

-     Anjurkan klien untuk menggunakan kaca mata untuk melihat dekat.



-     Pertahankan tempat tidur pada ketinggian yang paling rendah.
-     Diskusikan dengan keluarga bagaimana pemeliharaan di rumah

-     Selain lensa pengganti juga diperlukan kaca mata untuk melihat dekat karena mata ini tidak memiliki daya akomodasi sehingga dapat mencegah terjadinya cedera.
-     Membantu menurunkan resiko/ melindungi dari kemungkinan cedera.
-     Mempertinggi pemahaman keluarga tentang bagaimana cara pemeliharaan di rumah agar tidak terjadi cedera.


3.
Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap gangguan pembedahan permukaan mata.
Infeksi tidak terjadi, tidak ada kalor, dolor, rubor, tumor dan fungsio laesa serta tidak ada cairan abnormal yang keluar dari mata.
-     Jelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh / mengobati mata.
-     Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata.
-     Ganti balutan minimal 2x dalam sehari.
-     Tekankan untuk tidak menyentuh mata yang di operasi.
-     Observasi/diskusikan tanda-tanda terjadinya infeksi.

-     Berikan antibiotik sesuai terapi.
-     Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi area operasi.

-     Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran dan kontaminasi silang.
-     Mencegah kontaminasi.

-     Mencegah kontaminasi dari tangan.

-     Dapat diketahui secara dini apakah ada muncul tanda-tanda infeksi.
-     Antibiotik adalah bahan kimia yang dikeluarkan jasad renik / hasil sintesis di mana zat ini dapat merintangi/ memusnahkan jasad renik lainnya. Anti septik pada tetes mata dapat memusnahkan kuman-kuman pada selaput mata.

4.

Kurangnya pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kecukupan nutrisi berhubungan dengan informasi yang salah, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan:
-     Tidak tepat mengikuti instruksi.
-     Menyatakan salah konsepsi.
-     Tidak makan ikan yang diberikan.
-     Pernyataan meminta informasi.

Klien mengerti tentang pentingnya asupan kelengkapan nutrisi untuk proses penyembuhan.

-     Tekankan pentingnya kecukupan nutrisi dalam menunjang proses penyembuhan.
-     Informasikan kepada klien mengenai nutrisi yang diberikan

-     Anjurkan kepada klien agar selalu menghabiskan diet yang telah diberikan.

-     Nutrisi yang cukup akan membantu mempercepat proses penyembuhan.

-     Informasi yang diberikan akan meningatkan pengetahuan klien tentang kecukupan nutrisi.
-     Diet yang diberikan akan membantu proses penyembuhan.




V.     CATATAN PERAWATAN

NO

DIAGNOSA

IMPLEMENTASI

EVALUASI


1.

 

I


-      Mengorientasikan ruangan klien dan mengorientasikan apa yang ada di dalam ruangan klien.
-      Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan bergizi, meminum susu, dan memakan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C seperti pisang.
-      memberikan obat sesuai terapi (polidex tetes 1 tetes, asam Mefenamat 1 tablet 500 gr, robamox tablet 500 gr, prednison 1 tablet)

-      Klien mengena-li dan dapat beradaptasi dengan lingku-ngan di dalam ruangan klien dirawat.
-      Klien mengata-kan akan me-ngikuti anjuran perawat.
2.

II

-      Menganjurkan klien untuk menggunakan kaca mata untuk melihat dekat
-      Mempertahankan tempat tidur pada posisi ketinggian yang paling minimal.
-      Mengajak keluarga berdiskusi dan memberikan sarang kepada keluarga bagaimana cara pemeliharaan di rumah agar tidak mencelakai klien.
-      Klien dan keluarga mengerti bagaimana pemeliharaan di rumah agar tidak menimbulkan cedera bagi klien.

3.

III

-      Menjelaskan kepada klien dan keluarganya bahwa sangat penting mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh/ mengobati mata agar tidak terjadi infeksi.
-      Mengganti balitan sebanyak 2 kali sehari.
-      Memperingatkan klien agar tidak menyentuh mata yang di operasi.
-      Mengobservasi tanda-tanda terjadinya infeksi, seperti adanya kemerahan di sekitar mata yang di operasi.
-      Memberikan polidex tetes sebanyak 1 kali sehari.
-      Tidak terdapat tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas.

-      Kontaminasi tidak terjadi
-      Kontaminasi tidak terjadi
-      Infeksi tidak ditemukan


-      Tidak ada infeksi seperti kemerahan, nyeri, panas.

4.

IV

-      Menjelaskan kepada klien akan pentingnya kecukupan nutrisi dalam menunjang proses penyembuhan.
-      Memberikan informasi kepada klien tentang guna/manfaat nutrisi yang diberikan.
-      Menganjurkan kepada klien agar selalu menghabiskan diet yang diberikan.
-      Klien mengerti tentang penjelasan pentingnya nutrisi untuk proses penyembuhan.
-      Klien menunjukkan pemahaman dari informasi yang diberikan, dapat dibuktikan dengan klien dapat menjelaskan kembali tentang manfaat kecukupan nutrisi.
-      Diet yang diberikan selalu dihabiskan.

By :
Free Blog Templates