Kamis, 19 April 2012

PENGKAJIAN FISIK SEDERHANA. SISTEM PERSARAFAN, INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.


PENGKAJIAN FISIK SEDERHANA.
SISTEM PERSARAFAN, INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.

1. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL.
Bagian ini mengevaluasi kemampuan penderita untuk memberi alasan, membuat abstraksi, rencana dan penilaian.
Perubahan tingkah laku dan kepribadian dapat menyertai disfungsi organic sehingga perubahan-perubahan tersebut perlu digali dari penderita dan keluarga.
Untuk mengetahui status mental penderita, harus diketahui status sosioekonomis, etnis, dan status pendidikannya.
Pengetahuan umum dan intelegensi dapat dinilai dengan meminta menyebutkan lima negara besar.
Kemampuan penderita untuk mengingat kejadian-kejadian lampau dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan masa lalu.
Sedangkan ingatan yang baru, dapat dinilai dengan meminta penderita mengulangi paling sedikit enam angka.

II. SARAF KRANIAL

SARAF OLFAKTORIUS ( NERVUS 1 )
Saraf Olfaktorius menghantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih lanjut.
Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, penderita diminta membedakan zat aroma lemah seperti vanilla, cengkeh dll.
Penderita diminta untuk memberitahu saat mulai tercium dan mengidentifikasi zat apa yang tercium tersebut.
Penyakit pada hidung seperti sinusitis, alergi, dan infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyebab tersering kehilangan kemampuan untuk menghidu.
Tomor pada sulkus olfaktorius, anosmia  dapat juga timbul setelah meningitis, perdarahan sub arakhnoid, atau cedera kepala.

SARAF OPTIKUS ( NERVUS II )
Saraf optikus menghantarkan impuls dari retina menuju kiasma optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju koerteks oksipitalis untuk dikenali dan di interpretasikan.
Diperiksa dengan tes ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snelen chart, membaca berbagai ukuran hurup pada surat kabar.
Menurunnya tajam penglihatan biasanya disebabkan karena penyakit mata, saraf optikus, atau kiasma.
Pemeriksaan lapangan penglihatan dapat menghasilkan informasi tentang saraf  optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks oksipitalis, diperiksa dengan cara konfrontasi dengan meminta penderita untuk menutup salah satu matanya. Pemeriksa duduk tepat didepan penderita yang diminta untuk melihat lurus kedepan.
Sebuah pensil atau jari digerakan memasuki lapangan pandang mata yang tidak tertutup dari empat arah. Penderita diminta untuk menyebutkan kapan kapan pensil atau jari  mulai tampak memasuki lapangan pandang.
Papilla saraf optikus dapat dilihat dengan mengguanakan optalmoskop. Secara neurologis dua hal yang paling sering ditemukan adalah papil edema dan atropi saraf  optikus.
Perubahan pada papilla terjadi pada tomor, infeksi dan trauma juga  pada perubahan lain seperti adanya eksudat, perdarahan, dan kelainan arterivenusa yang ada hubungannya dengan DM dan Hipertensi.



SARAF OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, DAN ABDUSEN ( NERVUS III, IV DAN VI )

Ketiga saraf ini diperiksa bersama-sama, karena mereka bekerja sama mengatur otot-otot ekstraokular( EOM ), juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot konstriktur yang mengubah ukuran pupil. Persarafan OEM diperiksa dengan cara menyuruh penderita mengikuti geraklan tangan dengan mata bergerak keatas, bawah, medial dan lateral.
Kelemahan otot diketahui bila mata tidak dapat mengikuti gerakan pada area tertentu.
Pupil diperiksa dengan cahaya agak redup dan harus sama bulat dan sama besarnya.
Pupil perlu dicatat ukurannya dalam satuan millimeter.
Nukleus saraf okolomotorius dan troklearis terletak pada mesensepalon, Nuklei saraf abdusen terletak didasar ventrikel keempat pada bagian bawah pons, dan letaknya dekat dengan serabut nucleus saraf fasialis.
Miastenia gravis merupakan penyebab penting kelemahan pada lebih dari  satu otot dan ptosis. Sindroma Horner terdiri dari ptosis kelopak mata, kontriksi pupil, dan bagian wajah yang sama tidak dapat mengeluarkan keringat, ini mungkin disebabkan karena lesi vascular pada batang otak, cedera dan tmor didaerah servikal medulla spinalis, trauma yang mengenai serabut simpatis pada leher, atau efek samping sementara angiografi serebral.
Nistagmus yang horizontal ( komponen yang cepat kearah lateral ) merupakan tanda neorulogis yang penting. Keadaan ini biasanya terlihat bila orang melirik kearah lateral sedara terlalu esktrem. Nistagmus dapat tejadi pada sembarang arah dan bersifat unilateral dan bilateral., bias menandakan adanya skelrosis multiple, lesi pada salah satu hemisfer serebeleum dan tomor pada salah satu sisi otak penyebab non neorologis antara lain penggunaan barbiturate dan obat penenang.

SARAF TRIGEMINUS ( NERVUS V ).

Saraf ini mengurus otot temporalis dan maseter, yang merupakan otot pengunyah. Bagian motorik saraf ini diperiksa dengan meminta penderita mengatupkan gigi dan menggunakan rahang kesamping, sememtara pemeriksa meraba otot dan menilai kekuatan kontraksinya.
Serabut= serabut sensorik saraf  trigeminus  dibagi menjadi tiga yaitu cabang utama yaitu saraf optalmikus, maksilaris dan mandibularis.
Gangguan pada saraf trigiminus ini biasanya adalah  neuralgia trigeminal yang menyebabkab nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maxilaris dan mandibularis.



SARAF FASIALIS ( NERVUS VII )

Saraf  ini mempunyai fungsi sensorik dan motorik. Saraf ini membawa seRabut sensorik yang mengahantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah, dan serabut motorik yang mempersarafi semua otot ekspresi wajah, termasuk tersenyum, mengerutkan dahi, menyeringai dan sebagainya.
Bagian motorik saraf fasialis dapat dinilai dengan menyuruh penderita meLakukan berbagai gerakan wajah dan memperhatikan cara bicara penderita.
Kelemahan otot wajah akan tampakkarena timbulnya lipatan nasolabial mendatar, salah satu sisi mulut turun kebawah dan penurunan kelopak mata bawah.
Sensasi pengecapan dapat dinilai dengan membedakan rasa manis, asam dan asin yang dioleskan pada lidahnya.Saraf cranial ke ix membawa rasa pahit pada bagian posterior lidah.
Gangguan yang dapat mengakibatkan kelemaham pada saraf ini anatara lain pada miastenia gravis, sindroma guilen barr dan Bells palsy.

SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( NERVUS VIII )

Saraf ini berfungsi mempertahankan keseimbangan dan menghantarkan impuls yang memungkinkan orang mendengar.
Mempertahankan keseimbangan merupakan fungsi vestibularis dan bagiankoklearis memperantarai pendengaran. Bagian koklearis dapat diperiksa dengan memperhatikan kemampuan penderita mendengar bisikan dari jarak sekitar 2 kaki.
Cara pemeriksaan lain dilakukan dengan pemeriksaan garputala, yang membedakan tuli hantaran dan tuli saraf. Orang dengan pendengaran normal akan mendengar suara garpui tala yang ditempatkan digaris tengah kepala atau garis tengah dahi, sama kerasnya pada kedua telinga. Suara garpui tala lebih baik terdengar melalui hantaran udara dibandingkan hantaran tulang.
Dalam keadaan normal garpu tala terdengar dua kali lebih lama melalui hantaran udara.
Tes pendengaran garpu tala adalah tes Rinne dan Weber.
Pada Tes Rinne garpu tala yang  bergetar ditempelkan pada prosesus mastoideus, bila penderita memberi isyarat bahwa getaran itu sudah tidak terdengar lagi, maka garputala dipindahkan didekat telinga. Kalau penderita sekarang dapat mendengar lagi suara getaran, maka hantaran udara ( AC ) lebih baik dari hantaran tulang ( BC ).
Keadaan ini normal  dan disebut Rinne positif ,  Rinne negative adalah petunjuk dimana mengalami tuli hantaran karena penyakit tuli telinga tengah.
Tes Weber dilakukan dengan menempatkan garpu tala yang bergetar diatas kepala, dahi atau pada gigi depan atas. Penderita diminta untuk menyebutkan telinga mana yang mendengar suara paling keras. Dalam keadan noermal suara akan terdengar sama keras baik telinga kiri dan kanan.
Kalau suara terdengar lebih keras pada salah satu sisi , maka mungkin menunjukan adanya ketulian.
Kalau penderita mengalami tuli hantar , suara terdengar lebih jelas pada telinga yang tuli, sedangkan pada tuli saraf suara terdengar lebih jelas pada telinga yang sehat.
Kalau ditemukan suatu kelainan maka harus dilakukan pemeriksaan audiometer lengkap.
Disfungsi akut bagian vestibularis saraf vestibolokoklearis  bermanifestasi sebagai vertigo, mual, muntah dan ataksia.
Skrining untuk mengetahui gangguan ini dilakukan dengan tes kalori dingin.
Tes ini dilakukan dengan posisi penderita menengadah., Pada telinga dimasukan air es ( 5 ml ) . Respon normal terhadap rangsang ini adalah timbulya nistagmus pada kedua mata , vertigo, mual dan muntah. Kalau reaksinya lemah atau tidak ada reaksi sama sekali  menunjukan suatu kelainan pada saraf vestibularis.
Pada penyakit Meniere  akibat dilatasi saluran endolimpe pada koklea akhirnya menyebabkan atropi mekanisme pendengaran sehingga penderita mengalami vertigo, tinnitus, dan tuli pada telinga yang terserang.
Saraf vestibolokoklearios meninggalkan otak dan berjalan bersama dengan saraf fasialis. Seperti saraf fasialis, saraf ini juga mudah mengalami kerusakan akibat fraktur dasar tengkorak dan tulang tempoeral. Kerusakan saraf ini juga dapat terjadi akibat sumbatan vascular dan tomor batang otak.

SARAF GLOSOFARINGEUS DAN SARAF VAGUS ( NERVUS IX DAN X )

Saraf glosofaringeus dan vagus secara anatomi dan fisiologis berhubungan erat.
Saraf –saraf glosofaringeus mempunyai bagian sensorik yang menghantarkan pengecapan dari bagian posterior lidah , mempersarafi  sinus karotikus dan korpos karotikus dan mengurus sensasi faring.
Bagian motorik mempersarafi dinding posterior faring.
Saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus , jantung  dan paru-paru.
Langkah pertama evaluasi saraF ini adalah pemeriksaan palatum molle.
Palatum molle harus simetrisdan tidak boleh miringkesatu sisi, Kalau penderita mengucapkan kata “ ah “ , palatum molle harus terangkat secara simetris.
Jika hendak menimbulkan reflek muntah, maka dinding posterior faring kita sentuh, sehimngga palatum molle akan terangkatdan otot –otot faring kontraksi.
Reflek menelan diperiksa dengan memperhatikan reaksi penderita sewaktu minum segelas air, perhatikan apakah penderita menemui kesulitan menelan atau apakah terjadi regurgitasi cairan melalui hidung yang merupakan petunjuk adanya kelemahan palatum molle dan ketidakmampuan menutup nasofaring waktu menelan.
Saraf laringoskopi inderek dilakukan kalau penderita mengeluh gangguan suara atau  suara parau. Pita suara dapat dilihat apakah terjadi parsis atau lesi. Lesi bilateral dapat menyebabkan gangguan menelan hebatdan gangguan kemampuan mobilisasi secret.



SARAF ASESORIUS ( NERVUS XI )

Saraf Asesorius adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius.
Otot- otot ini berfuingsi melakukan fleksi leher, otot Sternokleidomastoideus  berfungsi memutar kepala kesamping dan otot trapezius memutar scapula bila lengan diangkat keatas.
Fungsi saraf  asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atropi otot sternokleidomastodeus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot terebut.
Untuyk menguji kekuatan otot sternokledomastoideus, penderita diminta untuk memutar kepala kesalah satu bahu dan melawan usaha pemeriksa untuk menggerakan kepala kearah bahu yang berlawanan. Kekuatan otot ini pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan.
Otot  Trapezius dinilai dengan mengankat bahu, sementara pemeriksa berusaha menekan kebawah, kemudaian penderita diminta untuk mengangkat kedua lengannta kearah vertical, Penderita dengan otot trapezius yang lemah tidak dapat melakukan peribntah tersebut.
Saraf asesorius terletak dekat dengan saraf  glosofaringeusdan vagus. Tomor yang menyerang saraf-saraf ini seringkali mempengaruhi saraf asesorius juga.
Badan sel saraf asesoreius terletak dibagian atas medulla spinalis  setinggi C1 sampai C5 dan mendapat persarafan dari kedua hemisfer serebri.
Yang sering mengganggu fungsi saraf ini adalah trauma dileher.

SARAF HIPOGLOSUS ( NERVUS XII )

Saraf ini mengurus otot-otot lidah, Fungsi lidah normal penting untuk berbicara dan menelan.
Kelemahan ringan bilateral menyebabkan penderita mengalami kesulitan mengucapkan konsonan  dan menelan, kelemahan hebat menyebabkan penderita hamper tidak dapat berbicara dan menelan.
Pemeriksaan lidah termasuk adanya asimetris, deviasi,  pada satu sisi dan fasikulasi.
Mula-mula pemeriksaan dilakukan didalam mulutdengan lidah dalam keadan istirahat, kemudian dilanjutkan dengan lidah terjulur.
Kekuatan otot dievaluasi dengan meminta penderita mendorong kedua pipinya dengan lidah , sementara pemeriksa berusaha melawan gerakan ini dengan menekan pipi penderita.
Nukleus saraf ini terletak didalam medulla oblongata dibawah dasar ventrikel  keempat dan mendapat persarafan dari  kedua hemisfer.
Cedra pada leher dapat menyebabkan kelemahan lidah unilateral disettai atropi dan fasikulasi.
Tomor pada dasar fossa posterior dekat foramen magnum dapat mengakibatkan paralysis ipsilateral pada lidah. Skelerosis lateral amiotropik dan miastenia gravis dapat menyebabkan kelemahan bilateral.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates