PEMERKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa
jenis pemeriksaan diagnostic gangguan sistem saraf memerlukan persiapan dan memberikan implikasi keperawatan
yang perlu perawat persiapkan pada klien, sehinga peran perawat sangat penting
dalam mengkolaborasikan status kondisi klien
dengan mempertimbangkan perlunya jenis pemeriksaan yang akan dilakukan
1. RONTGEN FOTO.
Adalah
foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis untuk mengetahui adanya
fraktur, dislokasi dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan
trauma akut.
Pemeriksan
foto roentgen di tempat lainnya juga diperlukan jika terdapat kelainan
pemeriksan fisik, seperti adanya masalah dalam sistem pernafasan.
2. COMPOTED TOMOGRAPHY.( CT )
Adalah
merupakan suatu teknik diagnostic dengan menggunakan sinar sempit dari sinar X
untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan
memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan perbedaan
jaringan padat pada tulang kepala korteks, struktur subkortikal dan ventrikel.(
memonitor lesi intracranial dan menentukan luasnya cedera neurologist
Penelitian
yang lebih lengkap dapat dilakukan dengan menyuntikan bahan kontras kedalam
pembuluh darah , setiap kali media kontras digunakan sebaliknya dilakukan tes
allergi zat tersebut.
3. POSITRON EMISSION TOMOGRAPY ( PET )
Adalah
teknik pencitraan nulkir berdasarkan computer yang dapat menghasikan bayangan
fungsi organ secara actual. Klien menghirup gas radioaktif atau di injeksi
dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron
ini berkombinasi dengan electron-elektron bermuatan negatif ( normal didapat
dalam sel –sel tubuh ), resultan sinar gamma
dapat dideteksi oleh alat pemindai
4. PENCITRAAN RESONANS MAGNETIK.( MRI )
Adalah
menggunakan medan
magnetic untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh.
Pemeriksaan
ini menggunakan medan
magnet kuat dan frekuensi radio, dan bila bercampur dengan frekuensi yang
dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam
mendiagnosis tumor otak, infark, dan kelainan pada pembuluh darah.
Pada
pemeriksaan ini penderita tidak terpapar oleh radiasi dan tidak merasa nyeri
Implikasi Keperawatan
1.
Pemeriksan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang sebelumnya menjalani
tindakan pembedahan dimana tertanam klip hemostatik atau aneurisma. Medan magnit yang sangat
kuat menyebabkan klip berubah pada posisinya, sehingga membuat klien resiko
terjadinya perdarahan .
2.
Beritahukan pada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising.
3.
Kontra indikasi lainnya adalah pada klien dengan pemakaian benda logam dalam
tubuh seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan, pin ortopedik, alat
intra uterin.
4.
Alat –alat / instrument medik dan keperawatan sperti gunting, stateskop harus
dikeluarkan dari ruangan tersebut.
5.
Sebelum dilakukan pemeriksaan, alat –alat perhiasan dan aksesoris harus dilepas.
5. ANGIOGRAFI SEREBRAL.
Adalah
proses pemeriksaan dengan menggunakan sinar
x terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikan kedalam arteri.(
arteri karotis, femoralis, brakialis ), kemudian dilakukan suatu serial
fotoradiograf serebrovaskular untuk menyelidiki penyakit vascular, aneurisma,
dan malformasi artreiovena .
Hal
ini sering dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi sehingga artreri dan vena serebral terlihat
dan menentukan letak, ukuran dan proses patologis lainnya.
Hal
lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa media kontras yang disuntikan yang
mengandung senyawa yodium dan memiliki potensi untuk membangkitkan reaksi
allergi, sebaiknya sebelum dilakukan pemberian zat tersebut dilakukan tes
allergi.
Pasien
juga di ingatkan untuk melaporkan bila timbul gejala-gejala alergi seperti
gatal, palpitasi, sesak nafas, pusing, gangguan saluran cerna selama tes
dilakukan dan beberapa saat sesudahnya.
Melakukan
pemeriksaan tanda vital dan pemeriksan neurologist merupakan tindakan penting
dalam perawatan paska angiografi.
6. MIELOGRAM.
Adalah
sinar X terhadap melihat ruang subaraknoid spinal denga menyuntikan zat kontras
ke ruang araknoid spinal dan dapat
diketahui adannya penyimpangan medulla spinalis atau sakkus dura spinalis yang
disebabkan oleh tumor. Kista, hernia discus vertebra atau lesi lainnya.
7. ELEKRO ENCEPALO GRAFT ( EEG )
Adalah
rekaman otak denga menempatkan elektroda -elekroda pada daerah kulit kepala, Yang
akan menghasilkan gambaran aktivitas otak.
EEG
bermanfaat untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti epelipsi dan adalah
pemindaian untuk koma atau sindroma otak organic, indicator kematian otak,
tumor, abces, jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi.
Gambaran
aktivitas listrik ini akan berbeda dari pola normal irama dan kecepatnnya.
8. FUNGSI LUMBAL DAN PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL.
Dilakukan
untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal dan untuk mengambil contoh cairan
untuk diperiksa dilaboratorium, konta indikasi tindakan ini adalah peningkatan
tekanan intracranial, karena menurunnya tekanan secara cepat akibat pengeluaran
cairan mendadak akan menyebabkan herniasi struktur-struktur otak kedalam
foramen magnum.
Caranya
adalah penderita di minta untuk tidur pada salah satu tubuhnya dengan posisi
lutut menyentuh dada ( knee chest ). Daerah disekitar lumbal ke tiga dan e
empat dibersihkan dengan larutan povidin-yudiom dan di anestesi dengan
lidokain.
Masukan
jarum spinal dan pasang manometer untuk mengukur tekanan, bahan pemerikksaan
dikumpulkan didalam ditabung yang sudah diberi nomor
Setelah semua bahan
terkumpul, jarum dicabut dantempat bekas suntikan ditutup dengan kassa steril
dan diplester, penderita diminta untuk berbaring telentang mendatar selama beberapa jam dan dianjurkan untuk
minum, biasanya terdapat keluhan sakit kepala yang bersipat semetara.
Nilai normal tekanan adalah 50 – 180 mmH2O, meningkat bila ada massa seperti tomor, perdarahan atau edema,
meneurun bila terjadi obstruksi kanalis spinalis diatas tempat tusukan fungsi
lumbal.
Warna, Normal Jernih dan tidak berwarna, Warna kuning menunjukan
infeksi.
Proteiin Nilai
normal 20 sampai 45 mg/dl, meningkat pada hamper semua keadaan patologis SSP
yang seerius.
Glukosa Nilai
normal 40 sampai 70 mg/dl ( 2/3 glokosa darah ) meningkat pada hiperglikemia
sistemik dan menurun pada hipoglikemia sistemik, meningitis bakteri.
Mikrorganisme,
normal tidak ada, ada menunjukan adanya infeksi ( meningitis bakteri )
Hitung Sel,
Normal 0 sampai 5 leokosit/mm3, meningkat pada penyakit akut, meningitis,
abces, tomor, infrak, skelrosis multiple
9. ELEKTRO MIOGRAFI.
Digunakan
untuk membedakan penyakit otot dari gangguan neurologist.
Untuktes
ini delakukan dengan menempatkan beberapa jarum diletakkan pada otot kemudian
dilaukan pencatatan sewaktu istirahat dan kontraksi
Prosedur
ini dapat meni,bulkan rasa nyeri paska tindakan, sehingga terkadang diberikkan
obat anti nyeri.
10. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan
laboratorium klinik merupakan pemeriksaan standar untuk dilaksanakan sebagai
bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak klinik yang perlu tindak
lanjut.
Pemeriksaan
laboratorium klinik pada klien dengan gangguan
sistem persarafan terbagi dalam pemeriksaan absulot, rutin dam tambahan.
Tujuan
pemeriksaan ini adalah :
1.
Membantu menegakan diagnosa.
2.
Melakukan control untuk klien yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit
serebral misalnya pada hasil lab. Kolesterol tinggi.
3.
Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi prognose klien
gangguan serebral.
4.
Mengkaji derajat proses radang/ infeksi.
5.
Mengkaji kadar serum.
6.
Mengkaji efek pengobatan.
7.
Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik.
8.
Skrining terhadap setiap abnormalitas.
9.
Menentukan hal-hal yang dapat mempengaruhi upaya intervensi misalnya diabetes
mellitus, gangguan keseimbangan elektrolit.
Pemeriksaan
tersebut meliputi :
1.
Kadar Elektrolit Serum.
Elektolit
serum dapat mempengaruhi prognosis klien gangguan serebral pada setiap kondisi.
Natrium
serum mencerminkan keseimbangan cairan relative, secara umum, hiponatremia
menunjukan kekurangan natrium dalam darah dan hipernatremia menunjuknan
kelebihan natrium dalam darah.
Kalsium
sangat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas neuromoskolar.
2.
Glokosa serum.
Harus
dipantau karena kebanyakan klien disfungsi serebral juga menderita DM.
3.
Masa Perdarahan.
Merupakan
pemeriksaan terhadap keadan vascular, jumlah dan fungsi trombosit, Nilai normal
berkisar 2 -9 ½ menit.
Masa
perdarahan memanjang memberikan makna
klinis pada trombositopenia, terapi antikoagolant, dan uremia.
4.
Masa Pembekuan.
Merupakan
penilaian mekanisme kemampuan pembekuan ( waktu yang diperlukan darah untuk
membeku ) Normalnya adalah 6 -12 menitdanmemanjang pada difisiensi faktor
pembeku yang berat ,terapi antikoagolantia yangberlebihan dan memendek terapi
kortikosteroid.
5.
Protrombin Time ( PT )
Merupakan
penilaian jalan pembekuansecara
ekstrinsik ( proses pembekuan bisa dengan jalan ekstrinsik danintrinsik
) , Normalnya 11- 16 menit,memanjang pada difisiensi faktor VII, X dan
fibrinogen, penyakit hati yang berat, DIC ( Disseminated Intravascular
Coagolantia ) dan difisiensi Vitamin K
6.
APTT ( Activated Partial Trombopalsti Time )
Merupakan
penilaian jalan pembekuan secara intrinsic. Normalnya 26-42 menit, memanjang
pada difisiensi faktor VIII sampai XII dan Fibrinogen, penyakit hati yang berat
, DIC, dan Difisiensi Vit. K
7.
Lemak Darah.
Meliputi
pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein, di ukur untuk
mengevaluasi resiko ateroskelorotik serebral, khusunya bila ada riwayat
keluarga positif, atau untuk mendiagnosa abnormalitas, karena merupakan faktor
resiko terjadinya stroke tipe thrombus.
8.
Tirod hormone ( T3 dan T4 )
Berpotensi
untuk memberikan aksi pada peningkatan kadar ketokolamin ( norefeniprin dan
epenifrin ) dengan efek dapat meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup.
0 komentar:
Posting Komentar