PKKT SISTEM PERSARAFAN.
PEMERIKSAAN FISIK.
Meliputi :
Tingkat Kesadaran.
Dengan menilai Skala GALASGOW COMA SKALA (
GCS ).
Meliputi :
Membuka mata ( Eye )
Nilai 4 : Spontan.
Nilai 3 : Terhadap panggilan
Nilai 2 : Terhadap nyeri.
Nilai 1 : Tidak ada respon.
Respon Bicara ( Verbal )
Nilai 5 : Orientasi baik.
Nilai 4 : Bingung
Nilai 3 : Kata tidak dimengerti
Nilai 2 : Hanya suara.
Nilai 1 : Tidak ada respon.
Respon Gerakan ( Motorik )
Nilai 6 : Menurut Perintah
Nilai 5 : Mengetahui lokasi nyeri.
Nilai 4 : Reaksi menghindar
Nilai 3 : Reaksi Fleksi ( dekortikasi )
Nilai 2 : Reaksi Ekstensi ( deserebrasi
)
Nilai 1 : Tidak ada reaksi.
TONUS DAN KEKUATAN OTOT
Tonus otot yaitu resistensi yang di
deteksi oleh pemeriksa dengan menggerakan sendi secara pasif.
Caranya
adalah : Dengan menggunakan kedua tanggannya Perawat menggerakan lengan dan
tungkai di sendi lutut dan siku klien, Penilaian tonus yang meningkat
didapatkan adanya kesulitan untuk menekukan dan meluruskan lengan dan tungkai
pada sendi siku dan lutut, Sebaliknya
jika didapatkan tidak ada tahanan sama sekali maka dikatakan kekuatan tunos
otot menurun.
Gangguan UMN menandakan adanya
peningkatan tonus otot sedangkan gangguan LMN menandakan adanya penurunan tunos
otot.
KEKUATAN OTOT.
Kekuatan otot dinilai dari perbandingan
antara kemampuan pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot volunter
secara penuh dari klien.
Dalam
mengevaluasi tes harus dipertimbangkan faktor usia, jenis kelamin dan keadaan
fisiknya
Fungsi pada otot individu atau kelompok
otot dievaluasi dengan cara menempatkan otot pada keadaan yang tidak
menguntungkan , contoh otot quadriceps adalah otot yang bertanggung jawab
secara penuh untuk meluruskan kaki. Pada saat kaki dalam keadaan lurus.
Pengkaji sukar dalam membuat fleksi pada lutut, sebaliknya jika lutut dalam
fleksi dan klien diperintahkan untuk meluruskan kaki dengan diberi tahanan , maka akan
menghasilkan ketidak mampuan untuk meluruskan kakinya.
Derajat
/ Gradien nilai kekuatan otot adalah :
GRADE 0 adalah Paralisis total / tidak ditemukan
adanya kontraksi otot
GRADE 1 adalah Kontraksi otot yang terjadi hanya
berupa perubahan dari tunos otot yang
dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi.
GRADE
2 adalah Otot hanya mampu menggerakan persendian tetapi kekuatanya tidak dapat
melawan gravitasi.
GRADE
3 Adalah dapat menggerakan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh
gravitasi tetapi tidak kuat terhadap
tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
GRADE
4 adalah Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot
terhadap tahanan pemeriksa
GRADE
5 Adalah Kekuatan normal.
PEMERIKSAAN REFLEK
Reflek adalah jawaban terhadap suatu
rangsangan, gerakan yang timbul
dinamakan gerakan reflek. Semua gerakan reflek merupakan gerakan yang bangkit
untuk penyesuain diri, baik untuk
menjamin ketangkasan gerakan vulontar
maupun untuk membela diri.
Gerakan reflek tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan tetapi
setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflek.
Perangsangan
tidak saja terdapat dipermukaan tubuh , akan tetapi semua impuls perseptif
dapat merangsang gerakan reflek, termasuk impuls panca indera.
Setiap
suatu rangsang dijawab dengan
bangkitanya suatu gerakan , menandakan bahwa antara daerah yang
dirangsang dan otot yang bergerak secara
reflektorik itu terhadap hubungan . Lintasan yang menghubungkan reseptor dan
efektor itu dikenal sebagai busur atau lengkung refleks.
TEKNIK PEMERIKSAN REFLEK DALAM.
Fungsi gerakan reflek yang timbul akibat
perangsangan terhadap otot dapat
dilakukan dengan pengetukan pada tendon. Ligamentum atau periostium . karena
itu reflek juga dinamakan reflek tendon dan reflek periostium.
Hasil pemeriksaan reflek merupakan
informasi penting yang sangat menentukan, oleh karena itu pembangkitan dan
penilaian harus tepat.
Penilaian
ini membandingkan antara sisi kiri dan kanan
Tehnik
pemeriksaannya meliputi :
1.
Tehnik pengetukan
Palu reflek tidak boleh dipegang secara keras, gagang
palu reflek dipegang dengan ibu jari telunjuk sedemikian rupa sehingga palu
dapat di ayun secar bebas. Pengetukan secara terarah dengan cara menjatuhkan
tepat pada tendon atau periostium.
Gerakan pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan
tangan pemeriksa.
2.
Sikap anggota gerak yang simetrik.
Anggota gerak yang akan diperiksa harus bersikap
rileks dan tidak boleh tegang. Simetris anggota gerak sepadan harus dijamin.
3.Pengetukan
tepat pada tendon.
Reflek tendon harus benar-benar berarti bahwa yang
diketuk adalah tendon.
Untuk menjamin itu, maka pengetukan hendaknya dilakukan secara langsung yaitu
yang diketuk oleh palu reflek adalah jari pemeriksa yang ditempatkan ditendon
yang bersangkutan.
4.
Pengetukan dengan intensitas yang berbeda-beda.
Penilaian secara banding antara reflek tendon yang
sepadan dilakukan dengan pengetukan yang dilakukan berkali-kali dengan intensitas yang
berbeda-beda.
MACAM
REFLEK
1.
REFLEKS BICEPS
Didapat melalui peregangan tendon biceps pada saat siku dalam keadaan
fleksi.
Pemeriksa menyokong lengan bawah dengan satu lengan
sambil menempatkan jari telunjuk dengan
menggunakan palu reflek. Respon normal adalah adanya kontraksi bisep.
2.
REFLEK TRICEPS.
Untuk menimbulkan reflek ini . lengan klien
difleksikan pada siku dan diposisikan di depan dada . Pemeriksa menyokong
lengan klien dan meraba tendon tricep dengan mempalpasi 2 ,5 sampai 5 cm di
atas siku.
3.
REFLEK PATELLA.
Ditimbulkan
dengan cara mengetuk tendon patella tepat dibawah patella.
Posisi klien
bisa dalam keadaan duduk atau telentang. Jika klien tidur telentang.
Pemeriksa menyokong kaki untuk
memudahkan relaksasi.
4.
REFLEK ACHILES.
Pemeriksa
dengan posisi tungkai kaki
ditekukan di sendi lutut dan kaki di dorsofleksikan.
5.
REFLEKS PEKTORALIS
Posisi klien berbaring telentang dengan kedua lengan
urus disamping badan. Stimulus diberikan ketukan pada jari pemeriksa yang
ditempatkan pada tepi lateral otot pektoralis.Respon normal adalah adanya
kontraksi otot pektoralis.
6.
REFLEK DINDING PERUT.
Dengan posisi berbaring telentang dengan kedua lengan lurus disamping
badan. stimulus nya dengan memberikan
ketukan pada jari yang ditempatkan pada bagian atas, tengah, dan bawah dinding
perut, maka responya adalah otot dinding
perut yang besangkutan mengganjal.
7.
REFLEKS PLANTAR.
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki, akan
menimbulkan plantar fleksi kaki dan
fleksi semua jari kaki pada kebanyakan orang sehat.
Respon abnormal adalah ekstensi serta pengembangan
jari kaki , respon ini dinamakan dengan reflek Babinski yang positif, Respon patologik ini merupakan salah satu
tanda mencirikan lesi di susunan pyramidal.
PEMERIKSAAN
SENSIBILITAS.
Adalah
pemeriksaan yang bersifat sobjektif, sebaiknya tanyakan dulu apakah ada keluhan
mengenai sensibilitas. Bila ada suruh penderita untuk menunjukan tempatnya (
lokasinya ).
Dari
bentuk daerah yang terganggu dapat di duga apakah gangguan bersifat sentral,
perifer atau berbentuk dermatom.
Dermatom
adalah daerah kulit yang disarafi oleh akar posterior dari ganglion.
Tanyakan
jenis gangguan, intensitas, atau timbul pada waktu tertentu.
Perhatikan
daerah-daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah
yang bertambah perasaannya.
Perasa
pokok yang dapat diperiksa adalah :
1.
Perasa eksteroseptik :
@
perasa nyeri.
@
perasa suhu
@
perasa raba halus
2.
Perasa proprioseptik :
@
perasa gerak
@
perasa getar
@
perasa sikap
@
perasa tekan.
3.
Perasa interoseptik :
@ refered
pain.
4.
Perasa diskriminasi :
@
stereognosis
@
barognosia
@
graphesthesia
@
two point tactil disrciminatioan
@
sensoruy extension
@
lost of body image
Tujuan
pemeriksaan sensoris adalah :
1.
Menetapkan adanya gangguan sensoris.
2.
Mengetahui modalitasnya.
3.
Menetapkan polanya.
4.
Menyimpulkan jenis dan lokasi nyeri yang mendasari gangguan sensoris .
Alat-alat
yang diperlukan :
1.
Jarum bundel ( rasa nyeri )
2.
Tabung reaksi yang berisi air hangat dan air dingin.
3.
Kapas atau bulu ( untuk rasa raba ringan )
4.
Garpu tala ( rasa getar )
5.
Rasa tekan dengan jari tangan atau benda tumpul
6.
Rasa sikap dengan test seperti fungsi serebelum
7.
Rasa gerak dengan menggerakan ibu jari tangan.
Adapun
bentuk kelainannya adalah :
1.
Analgesia, hipolgesia, hiperalgesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan
rasa nyeri.
2.Thermoanesthesia,thermohypesthesia,dan
thermohyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa suhu.
3.
Anesthesia, hypesthesia, hyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan
rasa raba ringan.
4.
Kinhypesthesia, kinanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa
gerak.
5.
Palhypesthesia, palanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa
getar.
6.
Statypesthesia, satatanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa
sikap.
7.
Barhypesthesia, baranesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa
tekan.
8.
Parasthesia : rasa kesemutan.
9.
Dysesthesia, hyperpathia : modalitas rasa nyeri panas dingin tidak karuan.
10.
Stereognosia : Pengenalan bentuk dan ukuran suatu benda dengan jalan perabaan
dengan mata tertutup.
11.
Barognosia : Pengenalan berat suatu benda dengan mata tertutup.
12.
Graphesthesia : Pengenalan angka / huruf
yang digoreskan diatas kulit dengan mata tertutup.
0 komentar:
Posting Komentar