Kamis, 19 April 2012

PKKT SISTEM PERSARAFAN.



PKKT SISTEM PERSARAFAN.
             

 PEMERIKSAAN FISIK.
 Meliputi :
 Tingkat Kesadaran.
 Dengan menilai Skala GALASGOW COMA SKALA        ( GCS ).
Meliputi :
Membuka mata ( Eye )
Nilai 4               : Spontan.
Nilai 3               : Terhadap panggilan
Nilai 2               : Terhadap nyeri.
Nilai 1               : Tidak ada respon.

Respon Bicara ( Verbal )
Nilai 5               : Orientasi baik.
Nilai 4               : Bingung
Nilai 3               : Kata tidak dimengerti
Nilai 2               : Hanya suara.
Nilai 1               : Tidak ada respon.

Respon Gerakan ( Motorik )
Nilai 6               : Menurut Perintah
Nilai 5               : Mengetahui lokasi nyeri.
Nilai 4               : Reaksi menghindar
Nilai 3               : Reaksi Fleksi ( dekortikasi )
Nilai 2               : Reaksi Ekstensi ( deserebrasi )
Nilai 1               : Tidak ada reaksi.






TONUS DAN KEKUATAN OTOT

      Tonus otot yaitu resistensi yang di deteksi oleh pemeriksa dengan menggerakan sendi secara pasif.
Caranya adalah : Dengan menggunakan kedua tanggannya Perawat menggerakan lengan dan tungkai di sendi lutut dan siku klien, Penilaian tonus yang meningkat didapatkan adanya kesulitan untuk menekukan dan meluruskan lengan dan tungkai pada sendi siku dan lutut,  Sebaliknya jika didapatkan tidak ada tahanan sama sekali maka dikatakan kekuatan tunos otot menurun.
      Gangguan UMN menandakan adanya peningkatan tonus otot sedangkan gangguan LMN menandakan adanya penurunan tunos otot.

KEKUATAN OTOT.

      Kekuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot volunter secara penuh dari klien.
Dalam mengevaluasi tes harus dipertimbangkan faktor usia, jenis kelamin dan keadaan fisiknya
      Fungsi pada otot individu atau kelompok otot dievaluasi dengan cara menempatkan otot pada keadaan yang tidak menguntungkan , contoh otot quadriceps adalah otot yang bertanggung jawab secara penuh untuk meluruskan kaki. Pada saat kaki dalam keadaan lurus. Pengkaji sukar dalam membuat fleksi pada lutut, sebaliknya jika lutut dalam fleksi dan klien diperintahkan untuk meluruskan kaki  dengan diberi tahanan , maka akan menghasilkan ketidak mampuan untuk meluruskan kakinya.
Derajat / Gradien nilai kekuatan otot adalah :
GRADE  0 adalah Paralisis total / tidak ditemukan adanya kontraksi otot
GRADE  1 adalah Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan  dari tunos otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi.
GRADE 2 adalah Otot hanya mampu menggerakan persendian tetapi kekuatanya tidak dapat melawan gravitasi.
GRADE 3 Adalah dapat menggerakan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi  tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
GRADE 4 adalah Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan pemeriksa
GRADE 5 Adalah Kekuatan normal.

PEMERIKSAAN REFLEK

      Reflek adalah jawaban terhadap suatu rangsangan,  gerakan yang timbul dinamakan gerakan reflek. Semua gerakan reflek merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuain  diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan vulontar  maupun untuk membela diri.
      Gerakan reflek tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan tetapi setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflek.
Perangsangan tidak saja terdapat dipermukaan tubuh , akan tetapi semua impuls perseptif dapat merangsang gerakan reflek, termasuk impuls panca indera.
Setiap suatu rangsang dijawab dengan  bangkitanya suatu gerakan , menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang  dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terhadap hubungan . Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur atau lengkung refleks.




TEKNIK PEMERIKSAN REFLEK DALAM.
      Fungsi gerakan reflek yang timbul akibat perangsangan terhadap otot  dapat dilakukan dengan pengetukan pada tendon. Ligamentum atau periostium . karena itu reflek juga dinamakan reflek tendon dan reflek periostium.
     Hasil pemeriksaan reflek merupakan informasi penting yang sangat menentukan, oleh karena itu pembangkitan dan penilaian harus tepat.
Penilaian ini membandingkan antara sisi kiri dan kanan
Tehnik pemeriksaannya meliputi :
1. Tehnik pengetukan
Palu reflek tidak boleh dipegang secara keras, gagang palu reflek dipegang dengan ibu jari telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat di ayun secar bebas. Pengetukan secara terarah dengan cara menjatuhkan tepat pada tendon atau periostium.
Gerakan pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan pemeriksa.

2. Sikap anggota gerak yang simetrik.
Anggota gerak yang akan diperiksa harus bersikap rileks dan tidak boleh tegang. Simetris anggota gerak sepadan harus dijamin.

3.Pengetukan tepat pada tendon.
Reflek tendon harus benar-benar berarti bahwa yang diketuk adalah tendon.
Untuk menjamin itu, maka pengetukan  hendaknya dilakukan secara langsung yaitu yang diketuk oleh palu reflek adalah jari pemeriksa yang ditempatkan ditendon yang bersangkutan.

4. Pengetukan dengan intensitas yang berbeda-beda.
Penilaian secara banding antara reflek tendon yang sepadan dilakukan dengan pengetukan yang dilakukan  berkali-kali dengan intensitas yang berbeda-beda.

MACAM REFLEK
1. REFLEKS BICEPS    
Didapat melalui peregangan  tendon biceps pada saat siku dalam keadaan fleksi.
Pemeriksa menyokong lengan bawah dengan satu lengan sambil menempatkan  jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal adalah adanya kontraksi bisep.

2. REFLEK TRICEPS.
Untuk menimbulkan reflek ini . lengan klien difleksikan pada siku dan diposisikan di depan dada . Pemeriksa menyokong lengan klien dan meraba tendon tricep dengan mempalpasi 2 ,5 sampai 5 cm di atas siku.

3. REFLEK PATELLA.
Ditimbulkan  dengan cara mengetuk tendon patella tepat dibawah patella.
Posisi  klien bisa dalam keadaan duduk atau telentang. Jika klien tidur telentang. Pemeriksa  menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi.

         
4. REFLEK ACHILES.
Pemeriksa  dengan posisi  tungkai kaki ditekukan di sendi lutut dan kaki di dorsofleksikan.

5. REFLEKS PEKTORALIS
Posisi klien berbaring telentang dengan kedua lengan urus disamping badan. Stimulus diberikan ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tepi lateral otot pektoralis.Respon normal adalah adanya kontraksi otot pektoralis.

6. REFLEK DINDING PERUT.
Dengan posisi berbaring telentang  dengan kedua lengan lurus disamping badan.  stimulus nya dengan memberikan ketukan pada jari yang ditempatkan pada bagian atas, tengah, dan bawah dinding perut, maka responya adalah otot dinding  perut yang besangkutan mengganjal.


7. REFLEKS PLANTAR.
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki, akan menimbulkan plantar fleksi kaki dan  fleksi semua jari kaki pada kebanyakan orang sehat.
Respon abnormal adalah ekstensi serta pengembangan jari kaki , respon ini dinamakan dengan reflek Babinski yang positif,  Respon patologik ini merupakan salah satu tanda mencirikan lesi di susunan pyramidal.

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS.
Adalah pemeriksaan yang bersifat sobjektif, sebaiknya tanyakan dulu apakah ada keluhan mengenai sensibilitas. Bila ada suruh penderita untuk menunjukan tempatnya ( lokasinya ).
Dari bentuk daerah yang terganggu dapat di duga apakah gangguan bersifat sentral, perifer atau berbentuk dermatom.
Dermatom adalah daerah kulit yang disarafi oleh akar posterior dari ganglion.
Tanyakan jenis gangguan, intensitas, atau timbul pada waktu tertentu.
Perhatikan daerah-daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya.
Perasa pokok yang dapat diperiksa adalah :
1. Perasa eksteroseptik :
@ perasa nyeri.
@ perasa suhu
@ perasa raba halus
2. Perasa proprioseptik :
@ perasa gerak
@ perasa getar
@ perasa sikap
@ perasa tekan.
3. Perasa interoseptik :
@ refered pain.
4. Perasa diskriminasi :
@ stereognosis
@ barognosia
@ graphesthesia
@ two point tactil disrciminatioan
@ sensoruy extension
@ lost of body image

Tujuan pemeriksaan sensoris adalah :
1. Menetapkan adanya gangguan sensoris.
2. Mengetahui modalitasnya.
3. Menetapkan polanya.
4. Menyimpulkan jenis dan lokasi nyeri yang mendasari gangguan sensoris .

Alat-alat yang diperlukan :
1. Jarum bundel ( rasa nyeri )
2. Tabung reaksi yang berisi air hangat dan air dingin.
3. Kapas atau bulu ( untuk rasa raba ringan )
4. Garpu tala ( rasa getar )
5. Rasa tekan dengan jari tangan atau benda tumpul
6. Rasa sikap dengan test seperti fungsi serebelum
7. Rasa gerak dengan menggerakan ibu jari tangan.

Adapun bentuk kelainannya adalah :
1. Analgesia, hipolgesia, hiperalgesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa nyeri.
2.Thermoanesthesia,thermohypesthesia,dan thermohyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa suhu.
3. Anesthesia, hypesthesia, hyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa raba ringan.
4. Kinhypesthesia, kinanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa gerak.
5. Palhypesthesia, palanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa getar.
6. Statypesthesia, satatanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa sikap.
7. Barhypesthesia, baranesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa tekan.
8. Parasthesia : rasa kesemutan.
9. Dysesthesia, hyperpathia : modalitas rasa nyeri panas dingin tidak karuan.
10. Stereognosia : Pengenalan bentuk dan ukuran suatu benda dengan jalan perabaan dengan mata tertutup.
11. Barognosia : Pengenalan berat suatu benda dengan mata tertutup.
12. Graphesthesia : Pengenalan angka  / huruf yang digoreskan diatas kulit dengan mata tertutup.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates