Kamis, 19 April 2012

PEMERKSAAN DIAGNOSTIK


PEMERKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic gangguan sistem saraf memerlukan  persiapan dan memberikan implikasi keperawatan yang perlu perawat persiapkan pada klien, sehinga peran perawat sangat penting dalam mengkolaborasikan status kondisi klien  dengan mempertimbangkan perlunya jenis pemeriksaan yang akan dilakukan

1. RONTGEN FOTO.
Adalah foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis untuk mengetahui adanya fraktur, dislokasi dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut.
Pemeriksan foto roentgen di tempat lainnya juga diperlukan jika terdapat kelainan pemeriksan fisik, seperti adanya masalah dalam sistem pernafasan.

2. COMPOTED TOMOGRAPHY.( CT )
Adalah merupakan suatu teknik diagnostic dengan menggunakan sinar sempit dari sinar X untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala korteks, struktur subkortikal dan ventrikel.( memonitor lesi intracranial dan menentukan luasnya cedera neurologist
Penelitian yang lebih lengkap dapat dilakukan dengan menyuntikan bahan kontras kedalam pembuluh darah , setiap kali media kontras digunakan sebaliknya dilakukan tes allergi zat tersebut.

3. POSITRON EMISSION TOMOGRAPY  ( PET )
Adalah teknik pencitraan nulkir berdasarkan computer yang dapat menghasikan bayangan fungsi organ secara actual. Klien menghirup gas radioaktif atau di injeksi dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi dengan electron-elektron bermuatan negatif ( normal didapat dalam sel –sel tubuh ), resultan sinar gamma  dapat dideteksi oleh alat pemindai   

4. PENCITRAAN RESONANS MAGNETIK.( MRI )
Adalah menggunakan medan magnetic untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh.
Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet kuat dan frekuensi radio, dan bila bercampur dengan frekuensi yang dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam mendiagnosis tumor otak, infark, dan kelainan pada pembuluh darah.
Pada pemeriksaan ini penderita tidak terpapar oleh radiasi dan tidak merasa nyeri

Implikasi Keperawatan
1. Pemeriksan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang sebelumnya menjalani tindakan pembedahan dimana tertanam klip hemostatik atau aneurisma. Medan magnit yang sangat kuat menyebabkan klip berubah pada posisinya, sehingga membuat klien resiko terjadinya perdarahan .
2. Beritahukan pada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising.
3. Kontra indikasi lainnya adalah pada klien dengan pemakaian benda logam dalam tubuh seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan, pin ortopedik, alat intra uterin.
4. Alat –alat / instrument medik dan keperawatan sperti gunting, stateskop harus dikeluarkan dari ruangan tersebut.
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan, alat –alat perhiasan dan aksesoris harus dilepas.

5. ANGIOGRAFI SEREBRAL.
Adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan  sinar x terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikan kedalam arteri.( arteri karotis, femoralis, brakialis ), kemudian dilakukan suatu serial fotoradiograf serebrovaskular untuk menyelidiki penyakit vascular, aneurisma, dan malformasi artreiovena .
Hal ini sering dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi  sehingga artreri dan vena serebral terlihat dan menentukan letak, ukuran dan proses patologis lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa media kontras yang disuntikan yang mengandung senyawa yodium dan memiliki potensi untuk membangkitkan reaksi allergi, sebaiknya sebelum dilakukan pemberian zat tersebut dilakukan tes allergi.
Pasien juga di ingatkan untuk melaporkan bila timbul gejala-gejala alergi seperti gatal, palpitasi, sesak nafas, pusing, gangguan saluran cerna selama tes dilakukan dan beberapa saat sesudahnya.
Melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksan neurologist merupakan tindakan penting dalam perawatan paska angiografi.

6. MIELOGRAM.
Adalah sinar X terhadap melihat ruang subaraknoid spinal denga menyuntikan zat kontras ke ruang araknoid spinal  dan dapat diketahui adannya penyimpangan medulla spinalis atau sakkus dura spinalis yang disebabkan oleh tumor. Kista, hernia discus vertebra atau lesi lainnya.

7. ELEKRO ENCEPALO GRAFT ( EEG )
Adalah rekaman otak denga menempatkan elektroda -elekroda pada daerah kulit kepala, Yang akan menghasilkan gambaran aktivitas otak.
EEG bermanfaat untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti epelipsi dan adalah pemindaian untuk koma atau sindroma otak organic, indicator kematian otak, tumor, abces, jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi.
Gambaran aktivitas listrik ini akan berbeda dari pola normal irama dan kecepatnnya.

8. FUNGSI LUMBAL DAN PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL.
Dilakukan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal dan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa dilaboratorium, konta indikasi tindakan ini adalah peningkatan tekanan intracranial, karena menurunnya tekanan secara cepat akibat pengeluaran cairan mendadak akan menyebabkan herniasi struktur-struktur otak kedalam foramen magnum.
Caranya adalah penderita di minta untuk tidur pada salah satu tubuhnya dengan posisi lutut menyentuh dada ( knee chest ). Daerah disekitar lumbal ke tiga dan e empat dibersihkan dengan larutan povidin-yudiom dan di anestesi dengan lidokain.
Masukan jarum spinal dan pasang manometer untuk mengukur tekanan, bahan pemerikksaan dikumpulkan didalam ditabung yang sudah diberi nomor
Setelah semua bahan terkumpul, jarum dicabut dantempat bekas suntikan ditutup dengan kassa steril dan diplester, penderita diminta untuk berbaring telentang  mendatar selama beberapa jam dan dianjurkan untuk minum, biasanya terdapat keluhan sakit kepala yang bersipat semetara.

Nilai normal tekanan adalah 50 – 180 mmH2O, meningkat bila ada massa seperti tomor, perdarahan atau edema, meneurun bila terjadi obstruksi kanalis spinalis diatas tempat tusukan fungsi lumbal.
Warna, Normal Jernih dan tidak berwarna, Warna kuning menunjukan infeksi.
Proteiin Nilai normal 20 sampai 45 mg/dl, meningkat pada hamper semua keadaan patologis SSP yang seerius.
Glukosa Nilai normal 40 sampai 70 mg/dl ( 2/3 glokosa darah ) meningkat pada hiperglikemia sistemik dan menurun pada hipoglikemia sistemik, meningitis bakteri.
Mikrorganisme, normal tidak ada, ada menunjukan adanya infeksi ( meningitis bakteri )
Hitung Sel, Normal 0 sampai 5 leokosit/mm3, meningkat pada penyakit akut, meningitis, abces, tomor, infrak, skelrosis multiple

9. ELEKTRO MIOGRAFI.
Digunakan untuk membedakan penyakit otot dari gangguan neurologist.
Untuktes ini delakukan dengan menempatkan beberapa jarum diletakkan pada otot kemudian dilaukan pencatatan sewaktu istirahat dan kontraksi
Prosedur ini dapat meni,bulkan rasa nyeri paska tindakan, sehingga terkadang diberikkan obat anti nyeri.

10. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan pemeriksaan standar untuk dilaksanakan sebagai bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak klinik yang perlu tindak lanjut.
Pemeriksaan laboratorium klinik pada klien dengan gangguan  sistem persarafan terbagi dalam pemeriksaan absulot, rutin dam tambahan.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Membantu menegakan diagnosa.
2. Melakukan control untuk klien yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit serebral misalnya pada hasil lab. Kolesterol tinggi.
3. Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi prognose klien gangguan serebral.
4. Mengkaji derajat proses radang/ infeksi.
5. Mengkaji kadar serum.
6. Mengkaji efek pengobatan.
7. Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik.
8. Skrining terhadap setiap abnormalitas.
9. Menentukan hal-hal yang dapat mempengaruhi upaya intervensi misalnya diabetes mellitus, gangguan keseimbangan elektrolit.

Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Kadar Elektrolit Serum.
Elektolit serum dapat mempengaruhi prognosis klien gangguan serebral pada setiap kondisi.
Natrium serum mencerminkan keseimbangan cairan relative, secara umum, hiponatremia menunjukan kekurangan natrium dalam darah dan hipernatremia menunjuknan kelebihan natrium dalam darah.
Kalsium sangat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas neuromoskolar.

2. Glokosa serum.
Harus dipantau karena kebanyakan klien disfungsi serebral juga menderita DM.

3. Masa Perdarahan.
Merupakan pemeriksaan terhadap keadan vascular, jumlah dan fungsi trombosit, Nilai normal berkisar 2 -9 ½ menit.
Masa perdarahan memanjang memberikan  makna klinis pada trombositopenia, terapi antikoagolant, dan uremia.

4. Masa Pembekuan.
Merupakan penilaian mekanisme kemampuan pembekuan ( waktu yang diperlukan darah untuk membeku ) Normalnya adalah 6 -12 menitdanmemanjang pada difisiensi faktor pembeku yang berat ,terapi antikoagolantia yangberlebihan dan memendek terapi kortikosteroid.

5. Protrombin Time ( PT )
Merupakan penilaian jalan pembekuansecara  ekstrinsik ( proses pembekuan bisa dengan jalan ekstrinsik danintrinsik ) , Normalnya 11- 16 menit,memanjang pada difisiensi faktor VII, X dan fibrinogen, penyakit hati yang berat, DIC ( Disseminated Intravascular Coagolantia ) dan difisiensi Vitamin K

6. APTT ( Activated Partial Trombopalsti Time )
Merupakan penilaian jalan pembekuan secara intrinsic. Normalnya 26-42 menit, memanjang pada difisiensi faktor VIII sampai XII dan Fibrinogen, penyakit hati yang berat , DIC, dan Difisiensi Vit. K

7. Lemak Darah.
Meliputi pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein, di ukur untuk mengevaluasi resiko ateroskelorotik serebral, khusunya bila ada riwayat keluarga positif, atau untuk mendiagnosa abnormalitas, karena merupakan faktor resiko terjadinya stroke tipe thrombus.

8. Tirod hormone ( T3 dan T4 )
Berpotensi untuk memberikan aksi pada peningkatan kadar ketokolamin ( norefeniprin dan epenifrin ) dengan efek dapat meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup. 

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates