Kamis, 02 Februari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CARCINOMA CERVIKS

                  Nama   : Subhan
                  NIM      : 010030170 B
                  Ruang  : Ruang Kandungan


1.      Definisi Penyakit
Ca cerviks adalah tunor ganas pada serviks yang paling sering dijumpai pada wanita usia 31-60 tahun, sebagian besar berjenis epidermoid (91%) dan adenokarsinoma (9%).

2.      Patofisiologi
Pembengkakan

                                           Neoplasma                                                         non-neoplasma
                                         (tumor)

Maligna                           Benigna                              Kista           Radang              Hipertrofi
(kanker)
 

Karsinoma                        Sarkoma
(Ca cerviks)
 


                    Menyebar


Kontinuitatum             Limfogen        Hematogen      Implantasi       transluminalIatrogenik
 


Sel ca keluar organ      Sal limfe          kapiler darah   Dinding sal suatu system        Tindakan medik
(sal cerna, kemih, nafas)
 

Infiltrasi ke organ        metastasis kel.             V. porta, v. kava,        Masase, palpasi kasar,
sekitar                      Limf. Regional             v. pulmonalis                                              tindakan operasi
   Masuk ke lumen

                            Perlekatan kel.Limfe.                                                                       Metastasis
                                                                  Hati, paru, pleura,       Organ lain, rongga tubuh
                                                                peritoneum, omentum,
                                                                 ovarium, tulang, kulit,
                                                                otak, sumsum tulang,
                                                                           kel. Limfe.
Gambaran Penyebaran Ca cerviks:

Predisposisi:
-    Kawin usia muda
-    Multiparitas
-    Multipartner
-    Infeksi genital
-    Nutrisi rendah
-    Herediter
 
 










Pertumbuhan neoplasma
 

Sel – sel maligna
 


Stadium in situ dan stadium Ia:
-   Dijumpai kebetulan karena tidak ada gejala yang khas
-   Leukorea yang menahun
-   Kontak berdarah.
Stadium medium Ib – II:
-   Leukorea menahun.
-   Kontak berdarah bertambah.
-   Spotting atau disertai patrun menstruasi bertambah.
Stadium lanjut III – IV:
-   Leukorea berbau khas.
-   Perdarahan terus – menerus.
-   Disertai gejala akibat metastase.
-   Badan menjadi kurus.
                                                                                                                               Kelemahan
Ketakutan/ansietas                                                                               Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan                                                                               
Defisit knowledge                                                                                                Resikop erubahan pola seksual
Perdarahan profuse
Metastase jauh dengan komplikasi kliniknya
Uremia
Kakeksia

3.      Pembagian Stadium
Klasifikasi yang digunakan adalah IFGO (international Federation of Gynecology and Obstetrics) yaitu:
a. Tingkat klinik O    : karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel: membrana basalis masih utuh.
b. Tingkat klinik I  : pross trebatas pada serviks.
Ia            : membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib.occ     : (Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
Ib            : secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histologik terdapat invasi ke stroma.
c. Tingkat klinik II    : proses sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul.
                  IIa       : penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.
                  IIb       : penyebaran ke parametrium.
d. Tingkat klinik III   : penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.
IIIa         : penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi persoalan, asal tidak sampai pada dinding panggul.
IIIb         : penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.
e. Tingkat klinik IV   : tumor telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh.
IVa         : proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai mukosa rektum atau kandung kencing.
                  IVb      :  telah trejadi penyebaran jauh.
4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Anamnesa
b.      Pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum, foto thoraks, IV pielogram).
c.       Pemeriksaann laboratorium (dasar umum, faal ginjal, faal lever, faal hemostasis).
d.      Pemeriksaan khusus (PAP smear, schiller test, biopsi serviks, kolposkopi serviks).

5.      Diagnosa Keperawatan
a.       Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian.
b.      Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingta, kesalhan interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.
c.       Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologik/emosional berlebihan.
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan denagn kanker; distres emosional, keletihan, kelemahan.
e.       Resiko perubahan pola seksual b/d kurang pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada transisi yang berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur tubuh, penyakit; sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.


6.      Rencana Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Rencana Intervensi
Rasional
a.       Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (kanker); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian.

Tujuan: Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.
Kriteria hasil:
-       Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.
-       Pasien tenang.
-       Pasien kooperatif dalam pengobatan.
-       Postur tubuh rileks.
-       Ekspresi wajah tenang.
-     Skala HARS: < 5
Kaji derajat ansietas.

Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.


Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.


Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.



Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.


Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang.

Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buruk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.

Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif.
b.      Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat, kesalhan interpretasi informasi; tidak mnegenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

Tujuan: Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.

Kriteria hasil:
-   Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.
-   Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.
-   Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi penyakit sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan. Bersikap jujur dengan pasien.


Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.



Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.


Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.


Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

c.       Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolik, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologik/emosional berlebihan.

Kriteria evaluasi: mengungkapkan peningkatan energi, menunjukkan perbaikan kemmapuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang didinginkan.

Dsikusikan dnegan pasien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dnegan pasien dan identifikasi aktiftas yang menimbulkan kelelahan.

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu.

Pantau nadi, RR, TD sebelum dan sesudah melakukan aktifitas.

Diskuiskan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dsb.


Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dnegan yang dapat ditoleransi.
Pendidikan dapat memberikan motivasi meningkatkan tingakt aktfiiftas meskipun paisen sangat lemah.


Mencegah kelelahan yang berlebihan.


Mengindiksikan tingkat aktififtas yang dapat ditoleransi secara fisiologis.

Pasien akan melakukan lebih banyak kegiatan dnegan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan .

Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai tingakt aktifitas yang dapat ditoleransi pasien.

d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berhubungan denagn kanker; distres emosional, keletihan, kelemahan.

Tujuan : pasien menunjukkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dan peningkatan status energi metabolik.
Kriteria evaluasi: Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, mendemonstrasikan BB stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya/yang diinginkan dengan nilai lab normal.

Mandiri:
Timbang BB tiap hari.


Tentukan program diet dan pola makan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual, muntah.

Identifikasi makanan yang disukai termasuk kebutuhan kultural.

Libatkan keluarga dan pasien dalam perencanaan makan.

Observasi tanda hipoglikemia (perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala, pusing, sempoyongan).

Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan gula darah.


Konsultasi dengan ahli diet.

Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).

Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas lambung.

Meningkatkan intake makanan dan sebagai perencanaan makanan untuk persiapan pulang.

Meningaktkan rasa keterlibatan, memebrikan informasi pada keluarga untuk memehami kebutuhan nutrisi pasien.
Indikator adanya perubahan dalam metabolime karbohidrat.





Analisa gula darah lebih akurat dilakuakn tiap hari untuk mengontrol adanya perubahan.

Menentukan kebutuhan energi dan jenis asupan nutrisi bagi pasien.
e.       Resiko perubahan pola seksual b/d kurang pengetahuan/keterampilan tentang respon alternatif pada transisi yang berhubungan denagn kesehatan; perubahan fungsi dan struktur tubuh, penyakit; sangat kelelahan; ketakutan dan ansietas.

Tujuan: Pasien mengungkapkan pemahaman tentang efek kanker dan aturan pengobatan pada seksualitas dan tindakan untuk memperbaiki/menghadapi masalah.
Kriteria hasil: pasien akan mempertahankan aktifitas seksual pada tingkat yang diinginkan bila mungkin.

Diskusikan dengan pasien dan orang terdekat sifat seksualitas dan reaksi bila ini berubah atau terancam. Berikan informasi tentang normalitas masalah-masalah ini dan bahwa banyak orang menemukan bantuan untuk proses adaptasi.

Anjurkan pasien tentang efek samping dari pengobatan kanker yang diresepkan yang diketahui mempengaruhi seksulitas.

Berikan waktu tersendiri untuk pasien yang dirawat. Ketuk pintu dan dapatkan ijin dari pasien/orang terdekat sebelum masuk.
Pengakuan legitimasi tentang masalah. Seksualitas cara pria dan wanita memandang mereka sendiri sebagai indivdu dan bagaimana menyampaikan antar mereka dan di antara setiap area kehidupan.



Pedoman antisipasi dapat emmbantu pasien dan orang terdekat mulai proses adaptasi pada keadaan baru.


Kebutuhan seksualitas tidak berakhir karena pasien dirawat. Kebutuhan keintiman berlanjut dan sikap terbuka dan menerima untuk ekspresi kebutuhan ini adalah penting.


7.      Buku Acuan

a. Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
b. Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
c. Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
d. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
e. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
f. Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
g. Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

By :
Free Blog Templates