INSTRUMEN PENELITIAN
Oleh: ali imron 2013
A. Pengertian
Menurut Suharsimi Arikunto (2000:134), instrumen pengumpulan
data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Ibnu Hadjar (1996:160) berpendapat bahwa instrumen merupakan
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang
variasi karakteristik variabel secara objektif.
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata (2008:52)
adalah alat yang digunakan untuk merekam-pada umumnya secara
kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut
psikologis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif. Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif,
perangsangnya adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif,
perangsangnya adalah pernyataan.
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti.
B. Jenis-jenis Instrumen Penelitian
Ada beberapa jenis instrumen yang biasa digunakan dalam
penelitian, yaitu:
1. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengukuran, inteligensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
2. Angket atau kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atu hal-hal yang ia ketahui.
3. Interviu (interview).
Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid,
orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
4. Observasi.
Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan
pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,
ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis
kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
5. Skala bertingkat (ratings).
Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subyektif yang
dibuat berskala. Walaupun skala bertingkat ini menghasilkan data yang kasar,
tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program atau orang.
Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama
penampilan di dalam orang menjalankan tugas, yang menunjukan frekuensi
munculnya sifat-sifat. Di dalam menyusun skala, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana menentukan variabel skala. Apa yang ditanyakan harus apa yang dapat
diamati responden.
6. Dokumentasi.
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, penelitian menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, dan sebagainya.
1. Pengolahan
Data
Menurut ali imron (2013), pengolahan data digunakan agar data kasar atau data dasar
tersebut dapat diorganisir, disajikan serta dianalisis untuk kemudian ditarik
suatu kesimpulan. Proses kegiatan pengolahan data (Data Processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan, yakni :
a. Editing
Editing adalah upaya
untuk memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar pertanyaan,
kartu, buku register dan lain-lain.
b. Coding
Semua jawaban atau data hasil
penelitian disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol atau kode tertentu
untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan.
Variabel pemberian ASI eksklusif,
kategori ASI eksklusif 1 dan tidak ASI eksklusif 2. Variabel pengetahuan,
responden yang mempunyai pengetahuan baik diberi kode 1, pengetahuan cukup
diberi kode 2, pengetahuan kurang baik 3. Variabel sikap, responden yang
mempunyai sikap positif diberi kode 1 dan sikap negatif diberi kode 2.
c. Tabulating
Tabulasi data atau tabulating yaitu menyusun dan
mengorganisir data sedemikian rupa sehingga akan dapat dengan mudah untuk
dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi atau grafik.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang telah dimodifikasi oleh peneliti dari kuesioner
penelitian
Kuesioner tentang pengetahuan berjumlah 16
pertanyaan dan sikap berjumlah 10 pernyataan.
A. Teknik Analisa Data
1.
Teknik Analisa Data
Data di analisis secara deskriftif dengan cara
tabulasi data untuk mengetahui distribusi frekuensi dalam persentasi
masing-masing variabel, yaitu variabel pengetahuan dan sikap terhadap pemberian
ASI eksklusif, kemudian di ulas dalam bentuk narasi.
Untuk mengetahui persentasi pada variabel
pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dipergunakan rumus :
Keterangan
: P = Jumlah persentasi
N =
Total jumlah
F = Jumlah jawaban yang benar
Pengetahuan
ibu tentang pemberian ASI eksklusif terdiri dari 16 pertanyaan dan terdiri dari
2 alternatif jawaban (benar, salah) dimana responden hanya memilih satu
diantaranya. Pertanyaan yang dijawab benar diberi skor 1 dan pertanyaan yang
dijawab salah diberi skor 0, kemudian dikelompokkan ke dalam tingkat
pengetahuan baik apabila menjawab benar 13-16 item pertanyaan (76-100%),
pengetahuan cukup apabila menjawab benar 9-12 item pertanyaan (56-75%),
pengetahuan kurang apabila menjawab benar < 8 item pertanyaan (< 56%).
Sikap ibu tentang pemberian ASI Eksklusif terdiri dari 10 pernyataan yang
terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu : jawaban sangat setuju, setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju, dimana responden hanya memilih satu
diantaranya. Pernyataan positif apabila
dijawab sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju
diberi skor 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Pernyataan negatif apabila dijawab sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi
skor 2, tidak setuju diberi skor 3 dan sangat tidak setuju diberi skor 4.
C. Langkah-langkah menyusun Instrumen
Iskandar (2008: 79) mengemukakan enam langkah dalam penyusunan
instrumen penelitian, yaitu:
1.Mengidentifikasikan variabel-variabel yang diteliti.
2.Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi
3.Mencari indikator dari setiap dimensi.
4. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen
5. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen
6. Petunjuk pengisian instrumen.
D. Validitas dan reliabilitas Instrumen
Menurut Ibnu Hadjar (1996:160), kualitas instrumen ditentukan
oleh dua kriteria utama: validitas dan reliabilitas. Validitas suatu instrumen
menurutnya menunjukkan seberapa jauh ia dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Sedangkan reliabilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan akurasi hasil
pengukuran.
Sumadi Suryabrata (2008:60)mengemukakan bahwa validitas
instrumen didefinisikan sebagai sejauh mana instrumen itu merekam/mengukur apa
yang dimaksudkan untuk direkam/diukur. Sedangkan reliabilitas instrumen merujuk
kepada konsistensi hasil perekaman data (pengukuran) kalau instrumen itu
digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam waktu berlainan, atau
kalau instrumen itu digunakan oleh orang atau kelompok orang yang berbeda dalam
waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan.
Menurut Burhan Bungin (2005:96,97) Validitas alat ukur adalah
akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan di
mana-mana. Sedangkan reliabilitas alat ukur menurutnya adalah kesesuaian alat
ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Misalnya, menimbang beras dengan timbangan beras, mengukur panjang
kain dengan meter, dan sebagainya.
E. Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian Validitas Instrumen. (Sugiyono: 2010)
1. Pengujian Validitas konstruk
Instrumen yang mempunyai validitas konstruk jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan dengan yang
didefinisikan. Misalnya akan mengukur efektivitas kerja, maka perlu
didefinisikan terlebih dahulu apa itu efektivitas kerja. Setelah itu disiapkan
instrumen yang digunakan untuk mengukur efektivitas kerja sesuai dengan
definisi.
Untuk menguji validitas konstruk, maka dapat digunakan pendapat
ahli. Setelah instrumen dikonstruksikan tentang aspek-aspek yang akan diukur,
dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan
ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu.
Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang, dan umumnya mereka telah
bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Setelah pengujian konstruk dengan ahli, maka diteruskan dengan
uji coba instrumen. Setelah data ditabulasi, maka pengujian validitas konstruk
dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item
instrumen.
2. Pengujian Validitas Isi
Instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur efektivitas
pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun instrumen prestasi belajar yang
mempunyai validitas isi, maka instrumen harus disusun berdasarkan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk
mengetahui pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program yang
telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas isi
dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan ujian di luar pelajaran
yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak mempunyai
validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu
terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur, dan nomor butir
(item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan
kisi-kisi instrumen itu, maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah
dan sistematis.
3. Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur
kinerja sekelompok pegawai. Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut
dibandingkan dengan catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang
baik. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta
di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai Validitas
eksternal yang tinggi.
F. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen menurut
Sugiyono (2010:354) dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal,
pengujian dilakukan dengan test – retest (stability),
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan
menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan
teknik-teknik tertentu.
1. Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden yang
sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur
dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila
koefisien korelasi positif dan signifikan, maka instrumen tersebut sudah
dinyatakan reliabel.
2. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama. misalnya, berapa tahun pengalaman Anda bekerja
di lembaga ini? Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan tahun berapa Anda mulai
bekerja di lembaga ini?
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama. Reliabilitas diukur
dengan cara mengkorelasikan antara data instrumen yang satu dengan instrumen
yang dijadikan ekuivalennya. Bila korelasi positif dan signifikan, maka
instrumen dapat dinyatakan reliabel.
3. Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini
merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan
ekuivalen. Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan selanjutnya
dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu yang
berbeda, maka akan dapat dianalisis keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam
koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan
bahwa instrumen itu reliabel.
4. Internal Consistency
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency,
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas
instrumen dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half), KR20, KR21 dan Anova Hoyt.
G. Daftar Referensi
afiat. 2013. Konsep
Dasar Instrumen Penelitian. kalsel: blogspot.
Ibnu Hadjar.1996.Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta:RajaGrafindo
Persada.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.
M. Burhan Bungin. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan
kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Jakarta: Prenada
Media.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumadi Suryabrata. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.