Kamis, 19 April 2012

FISIOLOGI ANATOMI SISTEM PERSARAFAN



REVIEU FISIO ANATOMI
SISTEM PERSARAFAN

Secara garis besar fungsi sistem persarafan dapat di golongkan sebagai berikut :                                             1.Menerima informasi dari dalam maupun luar melalui afferent sensory pathway
2.Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat
3.Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat saraf ( refleks ) maupun di otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang dihadapi.
4.Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway tadi ( motorik ) ke organ –organ tubuh sebagi control atau modifikasi tindakan.

SEL-SEL SISTEM PERSARAFAN.

1.NEOROGLIA

Sistem persarafan mengandung  sel-sel glie ( neoroglia ).
Jumlahnya 10 kali lebih banyak dibandingkan neuron, sel-sel schwan saraf peifer digolongkan  sebagai glia.
Terdapat 3 ( tiga ) jenis sel glia :
a..Mikroglia adalah  sel-sel pembersih yang memasuki sistem  persarafan dari pembuluh darah.     
b. Oligodendrogliosit berperan dalam pembentukan mielen.    
 c. Astrosit yang terdapat diseluruh otak dan banyak diantaranya mengirimkan ujung-ujung kakinya ke pembuluh darah.

2. NEORON

Struktur dasar dan unit fungsional sistem persarafan adalah neuron, yang merupakan sel yang khusus dan berbeda tetapi memiliki semua dasar biologi dan kimia yang dimiliki sel tubuh lannya.
Terdiri dari : Badan sel ( soma ) dengan dua perpanjangan yaitu dendrite yang menerima informasi dari akson terminal pada tempat khusus yang disebut sinaps. Dan akson yang membawa informasi informasi keluar dari badan sel ke neuron lain.
Membran sel permeable terhadap oksigen, CO2, Ion –ion anorganik tertentu dan tidak permeable terhadap senyawa organic seperti protein.
Neuron juga dapat ditandai oleh adanya eksitabel yang artinya siap memberikan respon bila terstimulasi,karena pada saat terstimulasi resting potensial tidak stabil maka ada potensial aksi.









POTENSIAL AKSI

Dua fase yang terjadi pada potensial aksi yaiti Depolarisai dan Repolarisasi.
Terjadi karena rangkaian perubahan pada permeabilitas membrane yang dipengaruhi oleh:
-        Rangsang kimia ( asam , basa, ACTH, Norepinefrione )
-        Perangsangan Listrik.
-        Perangsangan mekanik
-        Panas dingin.
Stimulasi potensial aksi terjadi secara otomatis dan berlangsung sampai seluruh proses selesai.

SINAP.

Impuls yang terdapat disuatu neuron akan diteruskan ke neuron yang lain.
Hubungan satu neoron dengan neuron yang lainnya, tempat terjadinya penghantaran impuls disebut Sinaps.
Ujung dari akson mengandung   substansi kimia  ( neurotransmitter ) mempuinyai sifat eksitasi dan inhibisi.
Neurotrasmiter yang bersifat eksitasia adalah asetilkolin, norefinefrin, dofamin, dan serotonin, Sedangkan yang bersifat inhibisi adalah Gamma aminobutyric acid ( Gaba )pada jaringan otak dan glisin pada medulla spinalis.








PEMBAGIAN SISTEM PERSARAFAN.

Sistem persarafan terdiri dari dua yaitu : 
1. Secara structural yaitu Sistem Saraf Pusat ( SSP )Yaitu Otak dan saraf tulang belakang( medulla spinalis ) dan Sistem Saraf Tepi
2. Secara Fungsional yaitu terdiri dari atas serebrespinal dan sistem Otonom.

AD. 1. SISTEM SARAF PUSAT.

Sirkulasi sistem saraf pusat.:
Kelangsungan hidup dan fungsi dari SSP tergantung dari banyaknya suplai darah yang terus menerus.
Arteri utama membawa darah yang mengandung oksigen ke arteriola, yang bercabang ke kapiler. Otak menggunakan 20% dari suplai oksigen tubuh , dan memerlukan 400 Kkal glokosa per hari.Rata-rata aliran darah serebral adalah 750 ml/menit.
Areteri –arteri utama dalam sirkualsi otak yaitu :                                                       1.Arteri-arteri carotid internal yang mensuplai sebagian besar hemisfer , basal ganglia, dan dua pertiga atas diensepalon.
2. Arteri- arteri vertebra yang mensuplai sepertiga bawah dari diensepalon. Batang otak serebelum dan oksipital.

Otak mempunyai kemampuan autoregulasi aliran darahnya untuk berespon pada perubahan-perubahan didalam tekanan intraluminal. Bila ada peningkatan tekanan darah, pembuluh pembuluh serebral kontriksi, sementara terjadi dilatasi ketika terjadi penurunan tekanan darah. Vasodilatasi juga terjadi pada peningkatan konsentrasi ion hidrogen

BARIER DARAH OTAK

Barier ( sekat ) darah otak penting untuk melindung jaringan otak dan medulla spinalis.
Hanya air, O2,CO2 dan alcohol yang dapat masuk atau tinggal didalam kapilere SSP, sedangkan molekol –molekul besar menembus lambat melalui sistem khusus atau tidak dapat masuk sama sekali.
Susunan saraf pusat terdiri dari kumpulan neuron dan sambungannnya ke otak dan medulla spinalis terdapat didalam kolumna vertebrata.
Otak secara garis besar dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu Serebrum, Batang Otak dan Serebelum.

Ad. 1. SEREBRUM.
Setiap hemisfer serebri dibagi dalam lobus dan terdiri Dari dari 4 lobus yaitu : lobus Frontal, Paritel, Temporal dan Oksipital.
Fungsi setiap lobus berbeda-beda
Lobus Frontal : Terlihat didalam mental, emosi, dan fungsi fisik, bagian anterior mempunyai peran dalam control tingkah laku tidak seperti kepribadian, tingkah lakusosial, pendapat dan aktifitas intelektual yang komplek.
Bagian central dan posterior mengatur fungsi motorik.

Lobus Parietal : Menterjemahkan  input sensoris , sensasi yang dirasakan pada satu sisi
Bagian tubuh yang diterjemahkan melalui lobus parietal bagian kontra lateral .
Sensasi somatic yang diterima adalah nyeri, temperate\ur, sentuhan, tekanan dan proception ( kesadaran dalam menempatkan posisi dan aktivitas alat ).
Berperan juga dalam menterjemahkan input sensor seperti streognosis ( merasakan dan mengartikan obyek yang menghubungkan sensasi dalam pengalaman dan pengetahuan ).
Kesadaran bagian - bagian tubuh dan pengembangan gambaran diri.

Lobus Temporal : Menerima input dari tiga indra perasa, pendengar, pengecap, dan penciuman dan mempunyai peran dalam proses memori.

Lobus Oksipital : Mengandung daerah visceral primer dan daerah gabungan visual.
Daerah visual primer menerima informasi dan menafsirkan warna.
Daerah gabungan visual memberi arti input visual yang berperan dalam refleks visual untuk menentukan mata pada sebuah objek diam dan bergerak,mengenal objek dan mengetahui fungsinya, mengenal rupa-rupa dan perbedaan variasi bentuk hidup.






AD.2  TALAMUS

Sebuah massa avoid abu-abu yang besar disekitar ventrikel ketiga otak.
Daerah spesifik didalam talmus menerima akson-akson dari medulla, batang otak, serebelum, basal ganglia, dan bagian variasi dari serebelum.
Hubungan ini memberi pengaruh terhadap fungsi motorik dan mempunyai peran dalam mekanisme siap siaga dan pergerakan reflek.
Talamus adalah bagian dasar yang telibat dalam respon emosional, terjemahan sensasi-sensasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.



AD. 3. HIPOTALAMUS

Adalah bagian kecil tetapi daerah yang sangat penting dijaringan otak yang letaknya dibawah thalamus.
Bertugas dalam mempertahankan beberapa fungsi keseimbangan.
Pengaturan sejumlah aktivitas yang juga dipengaruhi oleh kelenjar pituitary dan sistem saraf otonom. Hipotalamus menerima input dari seluruh bagian –bagian tubuh.
Pengaturan hipotalamus didalam aktivitas sistem saraf otonom  termasuk pengaturan frekuensi denyut jantung, tekanan darah dan temperature tubuh, pusat-pusat lain didalam hipotalmus yang mengatur nafsu makan, juga mempengaruhi fungsi genital dan seksual.

BATANG OTAK
Batang otak terdiri dari Otak tengah, Pons, dan Medulla Oblongata.
Masing-masing struktur mempunyai tanggung jawab yang unik , tetapi fungsi ketiganya sebagai unit menjalankan saluran impuls yang disampaikan ke dan dari serebri dan lajur spinal.
Bagian otak tengah , bagian atas dari batang otak mengandung sistem saraf aferen dan eferen yang membawa ke dan dari hemisfer serebri.
Bagian ini juga sebagai rumah nucleus merah, sebagai pusat yang menyampaikan koordinasi perjalanan impuls antara serebelum dan hemisper serebri dan karpara guadrigemina yang dirasakan dalam respon visual untuk stimulus visual yang menyampaikan impuls auditori.

PON
Terletak diantara otak tengah dan medulla oblongata dan serebelum bagian anterior.
Bagian ini mengandung serabut saraf yang memberikan komunikasi antara tingkat atas dan bawah dari SSp dan serebelum.
Sepertiga bagian bawah pons mengandung pusat-pusat reflek pernafasan, yang mempengaruhi tingkat karbon dioksida didaerah cairan spinal.
Pons juga mempengaruhi aktivitas vasomotor. Medulla oblongata membentuk bagian inferior dari batang otak. Sistem sensoris mendaki melalui medulla ke thalamus.
Pusat reflek yang luas didalam medulla mempengaruhi pernafasan dan kardiovasku;lar.

SEREBELUM
 Serebelum mengatur dan mengkoordinir aktivitas otot skeletal dan mempertahankan postur dan kekuatan otot.
Aktivitas serebelum berasal dari infut-infut multiple SSP dan SST, serat aferen berjalan ke serebelum  dari kortek serebri melalui sistem  kortikoserebelum dan pon.
Serebelum juga berfungsi dalam petunjuk-petunjuk penglihatan dan koordinasi gerak.

MEDULLA SPINALIS
Merupakan jalan atau saluran untuk menghantarkan informasi dari dan  ke otak dari perifer, merupakan tempat ( letak ) jalannya reflek.
Medulla spinalis berisi badan putih yang mengandung serabut –serabut meilin( akson ) yang menghantarkan informasi aesenden dan desenden .
Badan kelabu yang berisi badan sel berikut prosesnya yang terjadi didalammedulla.
Stimuluis masuk kledalam spinalis yan teriontegrasi dalam badan kelabu.
Respon dapat terjadi secara lokal atai ditransmisikan ke atas saluran medulla asenden.

Ascendent Trac terdiri dari :
1. Spinotalamik untuk sensasi nyeri.
2. Batang posterior untuk sensasi terhadap posisi yang disadari membedakan bentuk dan ukuran.
3. Spinoserebelum untuk sensasi terhadap posisi yangtidak di sadari . Berakhir terutama ditalamus dan koordinasi stimuli ke kotrteks serebri

  Sedangkan AsendentTract terdiridari :
1. Piramidal yang membawa komando untuk gerakan volunter
2. Ekstrapiramidal untuk menggabungkan inputmotorik dan level di atasnya.
 Semua kegiatan motorik disalurkan melalui di medulla spinalis

SUSUNAN SARAP TEPI ( SST )
 Susunan saraf tepi terdiri dari saraf cranial termasuk sensoris dan motorik serta ganglion.
Fungsi saraf cranial bervariasi, yaitu sensomotorik dan gabungan keduanya.
Saraf –saraf motorik dipersarafi oleh beberapa percabangan saraf cranial .
Terdiri dari 12 pasangsaraf cranial


PKKT SISTEM PERSARAFAN.



PKKT SISTEM PERSARAFAN.
             

 PEMERIKSAAN FISIK.
 Meliputi :
 Tingkat Kesadaran.
 Dengan menilai Skala GALASGOW COMA SKALA        ( GCS ).
Meliputi :
Membuka mata ( Eye )
Nilai 4               : Spontan.
Nilai 3               : Terhadap panggilan
Nilai 2               : Terhadap nyeri.
Nilai 1               : Tidak ada respon.

Respon Bicara ( Verbal )
Nilai 5               : Orientasi baik.
Nilai 4               : Bingung
Nilai 3               : Kata tidak dimengerti
Nilai 2               : Hanya suara.
Nilai 1               : Tidak ada respon.

Respon Gerakan ( Motorik )
Nilai 6               : Menurut Perintah
Nilai 5               : Mengetahui lokasi nyeri.
Nilai 4               : Reaksi menghindar
Nilai 3               : Reaksi Fleksi ( dekortikasi )
Nilai 2               : Reaksi Ekstensi ( deserebrasi )
Nilai 1               : Tidak ada reaksi.






TONUS DAN KEKUATAN OTOT

      Tonus otot yaitu resistensi yang di deteksi oleh pemeriksa dengan menggerakan sendi secara pasif.
Caranya adalah : Dengan menggunakan kedua tanggannya Perawat menggerakan lengan dan tungkai di sendi lutut dan siku klien, Penilaian tonus yang meningkat didapatkan adanya kesulitan untuk menekukan dan meluruskan lengan dan tungkai pada sendi siku dan lutut,  Sebaliknya jika didapatkan tidak ada tahanan sama sekali maka dikatakan kekuatan tunos otot menurun.
      Gangguan UMN menandakan adanya peningkatan tonus otot sedangkan gangguan LMN menandakan adanya penurunan tunos otot.

KEKUATAN OTOT.

      Kekuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan pemeriksa dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot volunter secara penuh dari klien.
Dalam mengevaluasi tes harus dipertimbangkan faktor usia, jenis kelamin dan keadaan fisiknya
      Fungsi pada otot individu atau kelompok otot dievaluasi dengan cara menempatkan otot pada keadaan yang tidak menguntungkan , contoh otot quadriceps adalah otot yang bertanggung jawab secara penuh untuk meluruskan kaki. Pada saat kaki dalam keadaan lurus. Pengkaji sukar dalam membuat fleksi pada lutut, sebaliknya jika lutut dalam fleksi dan klien diperintahkan untuk meluruskan kaki  dengan diberi tahanan , maka akan menghasilkan ketidak mampuan untuk meluruskan kakinya.
Derajat / Gradien nilai kekuatan otot adalah :
GRADE  0 adalah Paralisis total / tidak ditemukan adanya kontraksi otot
GRADE  1 adalah Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan  dari tunos otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi.
GRADE 2 adalah Otot hanya mampu menggerakan persendian tetapi kekuatanya tidak dapat melawan gravitasi.
GRADE 3 Adalah dapat menggerakan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi  tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
GRADE 4 adalah Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan pemeriksa
GRADE 5 Adalah Kekuatan normal.

PEMERIKSAAN REFLEK

      Reflek adalah jawaban terhadap suatu rangsangan,  gerakan yang timbul dinamakan gerakan reflek. Semua gerakan reflek merupakan gerakan yang bangkit untuk penyesuain  diri, baik untuk menjamin ketangkasan gerakan vulontar  maupun untuk membela diri.
      Gerakan reflek tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan tetapi setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflek.
Perangsangan tidak saja terdapat dipermukaan tubuh , akan tetapi semua impuls perseptif dapat merangsang gerakan reflek, termasuk impuls panca indera.
Setiap suatu rangsang dijawab dengan  bangkitanya suatu gerakan , menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang  dan otot yang bergerak secara reflektorik itu terhadap hubungan . Lintasan yang menghubungkan reseptor dan efektor itu dikenal sebagai busur atau lengkung refleks.




TEKNIK PEMERIKSAN REFLEK DALAM.
      Fungsi gerakan reflek yang timbul akibat perangsangan terhadap otot  dapat dilakukan dengan pengetukan pada tendon. Ligamentum atau periostium . karena itu reflek juga dinamakan reflek tendon dan reflek periostium.
     Hasil pemeriksaan reflek merupakan informasi penting yang sangat menentukan, oleh karena itu pembangkitan dan penilaian harus tepat.
Penilaian ini membandingkan antara sisi kiri dan kanan
Tehnik pemeriksaannya meliputi :
1. Tehnik pengetukan
Palu reflek tidak boleh dipegang secara keras, gagang palu reflek dipegang dengan ibu jari telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat di ayun secar bebas. Pengetukan secara terarah dengan cara menjatuhkan tepat pada tendon atau periostium.
Gerakan pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan pemeriksa.

2. Sikap anggota gerak yang simetrik.
Anggota gerak yang akan diperiksa harus bersikap rileks dan tidak boleh tegang. Simetris anggota gerak sepadan harus dijamin.

3.Pengetukan tepat pada tendon.
Reflek tendon harus benar-benar berarti bahwa yang diketuk adalah tendon.
Untuk menjamin itu, maka pengetukan  hendaknya dilakukan secara langsung yaitu yang diketuk oleh palu reflek adalah jari pemeriksa yang ditempatkan ditendon yang bersangkutan.

4. Pengetukan dengan intensitas yang berbeda-beda.
Penilaian secara banding antara reflek tendon yang sepadan dilakukan dengan pengetukan yang dilakukan  berkali-kali dengan intensitas yang berbeda-beda.

MACAM REFLEK
1. REFLEKS BICEPS    
Didapat melalui peregangan  tendon biceps pada saat siku dalam keadaan fleksi.
Pemeriksa menyokong lengan bawah dengan satu lengan sambil menempatkan  jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal adalah adanya kontraksi bisep.

2. REFLEK TRICEPS.
Untuk menimbulkan reflek ini . lengan klien difleksikan pada siku dan diposisikan di depan dada . Pemeriksa menyokong lengan klien dan meraba tendon tricep dengan mempalpasi 2 ,5 sampai 5 cm di atas siku.

3. REFLEK PATELLA.
Ditimbulkan  dengan cara mengetuk tendon patella tepat dibawah patella.
Posisi  klien bisa dalam keadaan duduk atau telentang. Jika klien tidur telentang. Pemeriksa  menyokong kaki untuk memudahkan relaksasi.

         
4. REFLEK ACHILES.
Pemeriksa  dengan posisi  tungkai kaki ditekukan di sendi lutut dan kaki di dorsofleksikan.

5. REFLEKS PEKTORALIS
Posisi klien berbaring telentang dengan kedua lengan urus disamping badan. Stimulus diberikan ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tepi lateral otot pektoralis.Respon normal adalah adanya kontraksi otot pektoralis.

6. REFLEK DINDING PERUT.
Dengan posisi berbaring telentang  dengan kedua lengan lurus disamping badan.  stimulus nya dengan memberikan ketukan pada jari yang ditempatkan pada bagian atas, tengah, dan bawah dinding perut, maka responya adalah otot dinding  perut yang besangkutan mengganjal.


7. REFLEKS PLANTAR.
Penggoresan terhadap kulit telapak kaki, akan menimbulkan plantar fleksi kaki dan  fleksi semua jari kaki pada kebanyakan orang sehat.
Respon abnormal adalah ekstensi serta pengembangan jari kaki , respon ini dinamakan dengan reflek Babinski yang positif,  Respon patologik ini merupakan salah satu tanda mencirikan lesi di susunan pyramidal.

PEMERIKSAAN SENSIBILITAS.
Adalah pemeriksaan yang bersifat sobjektif, sebaiknya tanyakan dulu apakah ada keluhan mengenai sensibilitas. Bila ada suruh penderita untuk menunjukan tempatnya ( lokasinya ).
Dari bentuk daerah yang terganggu dapat di duga apakah gangguan bersifat sentral, perifer atau berbentuk dermatom.
Dermatom adalah daerah kulit yang disarafi oleh akar posterior dari ganglion.
Tanyakan jenis gangguan, intensitas, atau timbul pada waktu tertentu.
Perhatikan daerah-daerah kulit yang kurang merasa, sama sekali tidak merasa atau daerah yang bertambah perasaannya.
Perasa pokok yang dapat diperiksa adalah :
1. Perasa eksteroseptik :
@ perasa nyeri.
@ perasa suhu
@ perasa raba halus
2. Perasa proprioseptik :
@ perasa gerak
@ perasa getar
@ perasa sikap
@ perasa tekan.
3. Perasa interoseptik :
@ refered pain.
4. Perasa diskriminasi :
@ stereognosis
@ barognosia
@ graphesthesia
@ two point tactil disrciminatioan
@ sensoruy extension
@ lost of body image

Tujuan pemeriksaan sensoris adalah :
1. Menetapkan adanya gangguan sensoris.
2. Mengetahui modalitasnya.
3. Menetapkan polanya.
4. Menyimpulkan jenis dan lokasi nyeri yang mendasari gangguan sensoris .

Alat-alat yang diperlukan :
1. Jarum bundel ( rasa nyeri )
2. Tabung reaksi yang berisi air hangat dan air dingin.
3. Kapas atau bulu ( untuk rasa raba ringan )
4. Garpu tala ( rasa getar )
5. Rasa tekan dengan jari tangan atau benda tumpul
6. Rasa sikap dengan test seperti fungsi serebelum
7. Rasa gerak dengan menggerakan ibu jari tangan.

Adapun bentuk kelainannya adalah :
1. Analgesia, hipolgesia, hiperalgesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa nyeri.
2.Thermoanesthesia,thermohypesthesia,dan thermohyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa suhu.
3. Anesthesia, hypesthesia, hyperesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan rasa raba ringan.
4. Kinhypesthesia, kinanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa gerak.
5. Palhypesthesia, palanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa getar.
6. Statypesthesia, satatanesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa sikap.
7. Barhypesthesia, baranesthesia : modalitas rasa yang berhubungan dengan perasa tekan.
8. Parasthesia : rasa kesemutan.
9. Dysesthesia, hyperpathia : modalitas rasa nyeri panas dingin tidak karuan.
10. Stereognosia : Pengenalan bentuk dan ukuran suatu benda dengan jalan perabaan dengan mata tertutup.
11. Barognosia : Pengenalan berat suatu benda dengan mata tertutup.
12. Graphesthesia : Pengenalan angka  / huruf yang digoreskan diatas kulit dengan mata tertutup.

PENGKAJIAN FISIK SEDERHANA. SISTEM PERSARAFAN, INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.


PENGKAJIAN FISIK SEDERHANA.
SISTEM PERSARAFAN, INSPEKSI, PALPASI, PERKUSI DAN AUSKULTASI.

1. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL.
Bagian ini mengevaluasi kemampuan penderita untuk memberi alasan, membuat abstraksi, rencana dan penilaian.
Perubahan tingkah laku dan kepribadian dapat menyertai disfungsi organic sehingga perubahan-perubahan tersebut perlu digali dari penderita dan keluarga.
Untuk mengetahui status mental penderita, harus diketahui status sosioekonomis, etnis, dan status pendidikannya.
Pengetahuan umum dan intelegensi dapat dinilai dengan meminta menyebutkan lima negara besar.
Kemampuan penderita untuk mengingat kejadian-kejadian lampau dapat dinilai dengan mengajukan pertanyaan masa lalu.
Sedangkan ingatan yang baru, dapat dinilai dengan meminta penderita mengulangi paling sedikit enam angka.

II. SARAF KRANIAL

SARAF OLFAKTORIUS ( NERVUS 1 )
Saraf Olfaktorius menghantarkan bau menuju otak dan kemudian diolah lebih lanjut.
Dengan mata tertutup dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, penderita diminta membedakan zat aroma lemah seperti vanilla, cengkeh dll.
Penderita diminta untuk memberitahu saat mulai tercium dan mengidentifikasi zat apa yang tercium tersebut.
Penyakit pada hidung seperti sinusitis, alergi, dan infeksi saluran pernafasan atas merupakan penyebab tersering kehilangan kemampuan untuk menghidu.
Tomor pada sulkus olfaktorius, anosmia  dapat juga timbul setelah meningitis, perdarahan sub arakhnoid, atau cedera kepala.

SARAF OPTIKUS ( NERVUS II )
Saraf optikus menghantarkan impuls dari retina menuju kiasma optikum, kemudian melalui traktus optikus menuju koerteks oksipitalis untuk dikenali dan di interpretasikan.
Diperiksa dengan tes ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snelen chart, membaca berbagai ukuran hurup pada surat kabar.
Menurunnya tajam penglihatan biasanya disebabkan karena penyakit mata, saraf optikus, atau kiasma.
Pemeriksaan lapangan penglihatan dapat menghasilkan informasi tentang saraf  optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks oksipitalis, diperiksa dengan cara konfrontasi dengan meminta penderita untuk menutup salah satu matanya. Pemeriksa duduk tepat didepan penderita yang diminta untuk melihat lurus kedepan.
Sebuah pensil atau jari digerakan memasuki lapangan pandang mata yang tidak tertutup dari empat arah. Penderita diminta untuk menyebutkan kapan kapan pensil atau jari  mulai tampak memasuki lapangan pandang.
Papilla saraf optikus dapat dilihat dengan mengguanakan optalmoskop. Secara neurologis dua hal yang paling sering ditemukan adalah papil edema dan atropi saraf  optikus.
Perubahan pada papilla terjadi pada tomor, infeksi dan trauma juga  pada perubahan lain seperti adanya eksudat, perdarahan, dan kelainan arterivenusa yang ada hubungannya dengan DM dan Hipertensi.



SARAF OKULOMOTORIUS, TROKLEARIS, DAN ABDUSEN ( NERVUS III, IV DAN VI )

Ketiga saraf ini diperiksa bersama-sama, karena mereka bekerja sama mengatur otot-otot ekstraokular( EOM ), juga berfungsi mengangkat kelopak mata atas dan mempersarafi otot konstriktur yang mengubah ukuran pupil. Persarafan OEM diperiksa dengan cara menyuruh penderita mengikuti geraklan tangan dengan mata bergerak keatas, bawah, medial dan lateral.
Kelemahan otot diketahui bila mata tidak dapat mengikuti gerakan pada area tertentu.
Pupil diperiksa dengan cahaya agak redup dan harus sama bulat dan sama besarnya.
Pupil perlu dicatat ukurannya dalam satuan millimeter.
Nukleus saraf okolomotorius dan troklearis terletak pada mesensepalon, Nuklei saraf abdusen terletak didasar ventrikel keempat pada bagian bawah pons, dan letaknya dekat dengan serabut nucleus saraf fasialis.
Miastenia gravis merupakan penyebab penting kelemahan pada lebih dari  satu otot dan ptosis. Sindroma Horner terdiri dari ptosis kelopak mata, kontriksi pupil, dan bagian wajah yang sama tidak dapat mengeluarkan keringat, ini mungkin disebabkan karena lesi vascular pada batang otak, cedera dan tmor didaerah servikal medulla spinalis, trauma yang mengenai serabut simpatis pada leher, atau efek samping sementara angiografi serebral.
Nistagmus yang horizontal ( komponen yang cepat kearah lateral ) merupakan tanda neorulogis yang penting. Keadaan ini biasanya terlihat bila orang melirik kearah lateral sedara terlalu esktrem. Nistagmus dapat tejadi pada sembarang arah dan bersifat unilateral dan bilateral., bias menandakan adanya skelrosis multiple, lesi pada salah satu hemisfer serebeleum dan tomor pada salah satu sisi otak penyebab non neorologis antara lain penggunaan barbiturate dan obat penenang.

SARAF TRIGEMINUS ( NERVUS V ).

Saraf ini mengurus otot temporalis dan maseter, yang merupakan otot pengunyah. Bagian motorik saraf ini diperiksa dengan meminta penderita mengatupkan gigi dan menggunakan rahang kesamping, sememtara pemeriksa meraba otot dan menilai kekuatan kontraksinya.
Serabut= serabut sensorik saraf  trigeminus  dibagi menjadi tiga yaitu cabang utama yaitu saraf optalmikus, maksilaris dan mandibularis.
Gangguan pada saraf trigiminus ini biasanya adalah  neuralgia trigeminal yang menyebabkab nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf maxilaris dan mandibularis.



SARAF FASIALIS ( NERVUS VII )

Saraf  ini mempunyai fungsi sensorik dan motorik. Saraf ini membawa seRabut sensorik yang mengahantar persepsi pengecapan bagian anterior lidah, dan serabut motorik yang mempersarafi semua otot ekspresi wajah, termasuk tersenyum, mengerutkan dahi, menyeringai dan sebagainya.
Bagian motorik saraf fasialis dapat dinilai dengan menyuruh penderita meLakukan berbagai gerakan wajah dan memperhatikan cara bicara penderita.
Kelemahan otot wajah akan tampakkarena timbulnya lipatan nasolabial mendatar, salah satu sisi mulut turun kebawah dan penurunan kelopak mata bawah.
Sensasi pengecapan dapat dinilai dengan membedakan rasa manis, asam dan asin yang dioleskan pada lidahnya.Saraf cranial ke ix membawa rasa pahit pada bagian posterior lidah.
Gangguan yang dapat mengakibatkan kelemaham pada saraf ini anatara lain pada miastenia gravis, sindroma guilen barr dan Bells palsy.

SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( NERVUS VIII )

Saraf ini berfungsi mempertahankan keseimbangan dan menghantarkan impuls yang memungkinkan orang mendengar.
Mempertahankan keseimbangan merupakan fungsi vestibularis dan bagiankoklearis memperantarai pendengaran. Bagian koklearis dapat diperiksa dengan memperhatikan kemampuan penderita mendengar bisikan dari jarak sekitar 2 kaki.
Cara pemeriksaan lain dilakukan dengan pemeriksaan garputala, yang membedakan tuli hantaran dan tuli saraf. Orang dengan pendengaran normal akan mendengar suara garpui tala yang ditempatkan digaris tengah kepala atau garis tengah dahi, sama kerasnya pada kedua telinga. Suara garpui tala lebih baik terdengar melalui hantaran udara dibandingkan hantaran tulang.
Dalam keadaan normal garpu tala terdengar dua kali lebih lama melalui hantaran udara.
Tes pendengaran garpu tala adalah tes Rinne dan Weber.
Pada Tes Rinne garpu tala yang  bergetar ditempelkan pada prosesus mastoideus, bila penderita memberi isyarat bahwa getaran itu sudah tidak terdengar lagi, maka garputala dipindahkan didekat telinga. Kalau penderita sekarang dapat mendengar lagi suara getaran, maka hantaran udara ( AC ) lebih baik dari hantaran tulang ( BC ).
Keadaan ini normal  dan disebut Rinne positif ,  Rinne negative adalah petunjuk dimana mengalami tuli hantaran karena penyakit tuli telinga tengah.
Tes Weber dilakukan dengan menempatkan garpu tala yang bergetar diatas kepala, dahi atau pada gigi depan atas. Penderita diminta untuk menyebutkan telinga mana yang mendengar suara paling keras. Dalam keadan noermal suara akan terdengar sama keras baik telinga kiri dan kanan.
Kalau suara terdengar lebih keras pada salah satu sisi , maka mungkin menunjukan adanya ketulian.
Kalau penderita mengalami tuli hantar , suara terdengar lebih jelas pada telinga yang tuli, sedangkan pada tuli saraf suara terdengar lebih jelas pada telinga yang sehat.
Kalau ditemukan suatu kelainan maka harus dilakukan pemeriksaan audiometer lengkap.
Disfungsi akut bagian vestibularis saraf vestibolokoklearis  bermanifestasi sebagai vertigo, mual, muntah dan ataksia.
Skrining untuk mengetahui gangguan ini dilakukan dengan tes kalori dingin.
Tes ini dilakukan dengan posisi penderita menengadah., Pada telinga dimasukan air es ( 5 ml ) . Respon normal terhadap rangsang ini adalah timbulya nistagmus pada kedua mata , vertigo, mual dan muntah. Kalau reaksinya lemah atau tidak ada reaksi sama sekali  menunjukan suatu kelainan pada saraf vestibularis.
Pada penyakit Meniere  akibat dilatasi saluran endolimpe pada koklea akhirnya menyebabkan atropi mekanisme pendengaran sehingga penderita mengalami vertigo, tinnitus, dan tuli pada telinga yang terserang.
Saraf vestibolokoklearios meninggalkan otak dan berjalan bersama dengan saraf fasialis. Seperti saraf fasialis, saraf ini juga mudah mengalami kerusakan akibat fraktur dasar tengkorak dan tulang tempoeral. Kerusakan saraf ini juga dapat terjadi akibat sumbatan vascular dan tomor batang otak.

SARAF GLOSOFARINGEUS DAN SARAF VAGUS ( NERVUS IX DAN X )

Saraf glosofaringeus dan vagus secara anatomi dan fisiologis berhubungan erat.
Saraf –saraf glosofaringeus mempunyai bagian sensorik yang menghantarkan pengecapan dari bagian posterior lidah , mempersarafi  sinus karotikus dan korpos karotikus dan mengurus sensasi faring.
Bagian motorik mempersarafi dinding posterior faring.
Saraf vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan menghantarkan impuls dari dinding usus , jantung  dan paru-paru.
Langkah pertama evaluasi saraF ini adalah pemeriksaan palatum molle.
Palatum molle harus simetrisdan tidak boleh miringkesatu sisi, Kalau penderita mengucapkan kata “ ah “ , palatum molle harus terangkat secara simetris.
Jika hendak menimbulkan reflek muntah, maka dinding posterior faring kita sentuh, sehimngga palatum molle akan terangkatdan otot –otot faring kontraksi.
Reflek menelan diperiksa dengan memperhatikan reaksi penderita sewaktu minum segelas air, perhatikan apakah penderita menemui kesulitan menelan atau apakah terjadi regurgitasi cairan melalui hidung yang merupakan petunjuk adanya kelemahan palatum molle dan ketidakmampuan menutup nasofaring waktu menelan.
Saraf laringoskopi inderek dilakukan kalau penderita mengeluh gangguan suara atau  suara parau. Pita suara dapat dilihat apakah terjadi parsis atau lesi. Lesi bilateral dapat menyebabkan gangguan menelan hebatdan gangguan kemampuan mobilisasi secret.



SARAF ASESORIUS ( NERVUS XI )

Saraf Asesorius adalah saraf motorik yang mempersarafi otot sternokleidomastoideus dan bagian atas otot trapezius.
Otot- otot ini berfuingsi melakukan fleksi leher, otot Sternokleidomastoideus  berfungsi memutar kepala kesamping dan otot trapezius memutar scapula bila lengan diangkat keatas.
Fungsi saraf  asesorius dapat dinilai dengan memperhatikan adanya atropi otot sternokleidomastodeus dan trapezius dan dengan menilai kekuatan otot terebut.
Untuyk menguji kekuatan otot sternokledomastoideus, penderita diminta untuk memutar kepala kesalah satu bahu dan melawan usaha pemeriksa untuk menggerakan kepala kearah bahu yang berlawanan. Kekuatan otot ini pada sisi yang berlawanan dapat dievaluasi dengan mengulang tes ini pada sisi yang berlawanan.
Otot  Trapezius dinilai dengan mengankat bahu, sementara pemeriksa berusaha menekan kebawah, kemudaian penderita diminta untuk mengangkat kedua lengannta kearah vertical, Penderita dengan otot trapezius yang lemah tidak dapat melakukan peribntah tersebut.
Saraf asesorius terletak dekat dengan saraf  glosofaringeusdan vagus. Tomor yang menyerang saraf-saraf ini seringkali mempengaruhi saraf asesorius juga.
Badan sel saraf asesoreius terletak dibagian atas medulla spinalis  setinggi C1 sampai C5 dan mendapat persarafan dari kedua hemisfer serebri.
Yang sering mengganggu fungsi saraf ini adalah trauma dileher.

SARAF HIPOGLOSUS ( NERVUS XII )

Saraf ini mengurus otot-otot lidah, Fungsi lidah normal penting untuk berbicara dan menelan.
Kelemahan ringan bilateral menyebabkan penderita mengalami kesulitan mengucapkan konsonan  dan menelan, kelemahan hebat menyebabkan penderita hamper tidak dapat berbicara dan menelan.
Pemeriksaan lidah termasuk adanya asimetris, deviasi,  pada satu sisi dan fasikulasi.
Mula-mula pemeriksaan dilakukan didalam mulutdengan lidah dalam keadan istirahat, kemudian dilanjutkan dengan lidah terjulur.
Kekuatan otot dievaluasi dengan meminta penderita mendorong kedua pipinya dengan lidah , sementara pemeriksa berusaha melawan gerakan ini dengan menekan pipi penderita.
Nukleus saraf ini terletak didalam medulla oblongata dibawah dasar ventrikel  keempat dan mendapat persarafan dari  kedua hemisfer.
Cedra pada leher dapat menyebabkan kelemahan lidah unilateral disettai atropi dan fasikulasi.
Tomor pada dasar fossa posterior dekat foramen magnum dapat mengakibatkan paralysis ipsilateral pada lidah. Skelerosis lateral amiotropik dan miastenia gravis dapat menyebabkan kelemahan bilateral.

PEMERKSAAN DIAGNOSTIK


PEMERKSAAN DIAGNOSTIK

Beberapa jenis pemeriksaan diagnostic gangguan sistem saraf memerlukan  persiapan dan memberikan implikasi keperawatan yang perlu perawat persiapkan pada klien, sehinga peran perawat sangat penting dalam mengkolaborasikan status kondisi klien  dengan mempertimbangkan perlunya jenis pemeriksaan yang akan dilakukan

1. RONTGEN FOTO.
Adalah foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis untuk mengetahui adanya fraktur, dislokasi dan abnormalitas tulang lainnya, terutama dalam penatalaksanaan trauma akut.
Pemeriksan foto roentgen di tempat lainnya juga diperlukan jika terdapat kelainan pemeriksan fisik, seperti adanya masalah dalam sistem pernafasan.

2. COMPOTED TOMOGRAPHY.( CT )
Adalah merupakan suatu teknik diagnostic dengan menggunakan sinar sempit dari sinar X untuk memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala korteks, struktur subkortikal dan ventrikel.( memonitor lesi intracranial dan menentukan luasnya cedera neurologist
Penelitian yang lebih lengkap dapat dilakukan dengan menyuntikan bahan kontras kedalam pembuluh darah , setiap kali media kontras digunakan sebaliknya dilakukan tes allergi zat tersebut.

3. POSITRON EMISSION TOMOGRAPY  ( PET )
Adalah teknik pencitraan nulkir berdasarkan computer yang dapat menghasikan bayangan fungsi organ secara actual. Klien menghirup gas radioaktif atau di injeksi dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi dengan electron-elektron bermuatan negatif ( normal didapat dalam sel –sel tubuh ), resultan sinar gamma  dapat dideteksi oleh alat pemindai   

4. PENCITRAAN RESONANS MAGNETIK.( MRI )
Adalah menggunakan medan magnetic untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh.
Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet kuat dan frekuensi radio, dan bila bercampur dengan frekuensi yang dilepaskan oleh jaringan tubuh akan menghasilkan citra MRI yang berguna dalam mendiagnosis tumor otak, infark, dan kelainan pada pembuluh darah.
Pada pemeriksaan ini penderita tidak terpapar oleh radiasi dan tidak merasa nyeri

Implikasi Keperawatan
1. Pemeriksan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang sebelumnya menjalani tindakan pembedahan dimana tertanam klip hemostatik atau aneurisma. Medan magnit yang sangat kuat menyebabkan klip berubah pada posisinya, sehingga membuat klien resiko terjadinya perdarahan .
2. Beritahukan pada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising.
3. Kontra indikasi lainnya adalah pada klien dengan pemakaian benda logam dalam tubuh seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan, pin ortopedik, alat intra uterin.
4. Alat –alat / instrument medik dan keperawatan sperti gunting, stateskop harus dikeluarkan dari ruangan tersebut.
5. Sebelum dilakukan pemeriksaan, alat –alat perhiasan dan aksesoris harus dilepas.

5. ANGIOGRAFI SEREBRAL.
Adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan  sinar x terhadap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikan kedalam arteri.( arteri karotis, femoralis, brakialis ), kemudian dilakukan suatu serial fotoradiograf serebrovaskular untuk menyelidiki penyakit vascular, aneurisma, dan malformasi artreiovena .
Hal ini sering dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi  sehingga artreri dan vena serebral terlihat dan menentukan letak, ukuran dan proses patologis lainnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa media kontras yang disuntikan yang mengandung senyawa yodium dan memiliki potensi untuk membangkitkan reaksi allergi, sebaiknya sebelum dilakukan pemberian zat tersebut dilakukan tes allergi.
Pasien juga di ingatkan untuk melaporkan bila timbul gejala-gejala alergi seperti gatal, palpitasi, sesak nafas, pusing, gangguan saluran cerna selama tes dilakukan dan beberapa saat sesudahnya.
Melakukan pemeriksaan tanda vital dan pemeriksan neurologist merupakan tindakan penting dalam perawatan paska angiografi.

6. MIELOGRAM.
Adalah sinar X terhadap melihat ruang subaraknoid spinal denga menyuntikan zat kontras ke ruang araknoid spinal  dan dapat diketahui adannya penyimpangan medulla spinalis atau sakkus dura spinalis yang disebabkan oleh tumor. Kista, hernia discus vertebra atau lesi lainnya.

7. ELEKRO ENCEPALO GRAFT ( EEG )
Adalah rekaman otak denga menempatkan elektroda -elekroda pada daerah kulit kepala, Yang akan menghasilkan gambaran aktivitas otak.
EEG bermanfaat untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti epelipsi dan adalah pemindaian untuk koma atau sindroma otak organic, indicator kematian otak, tumor, abces, jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi.
Gambaran aktivitas listrik ini akan berbeda dari pola normal irama dan kecepatnnya.

8. FUNGSI LUMBAL DAN PEMERIKSAAN SEREBRO SPINAL.
Dilakukan untuk mengukur tekanan cairan serebrospinal dan untuk mengambil contoh cairan untuk diperiksa dilaboratorium, konta indikasi tindakan ini adalah peningkatan tekanan intracranial, karena menurunnya tekanan secara cepat akibat pengeluaran cairan mendadak akan menyebabkan herniasi struktur-struktur otak kedalam foramen magnum.
Caranya adalah penderita di minta untuk tidur pada salah satu tubuhnya dengan posisi lutut menyentuh dada ( knee chest ). Daerah disekitar lumbal ke tiga dan e empat dibersihkan dengan larutan povidin-yudiom dan di anestesi dengan lidokain.
Masukan jarum spinal dan pasang manometer untuk mengukur tekanan, bahan pemerikksaan dikumpulkan didalam ditabung yang sudah diberi nomor
Setelah semua bahan terkumpul, jarum dicabut dantempat bekas suntikan ditutup dengan kassa steril dan diplester, penderita diminta untuk berbaring telentang  mendatar selama beberapa jam dan dianjurkan untuk minum, biasanya terdapat keluhan sakit kepala yang bersipat semetara.

Nilai normal tekanan adalah 50 – 180 mmH2O, meningkat bila ada massa seperti tomor, perdarahan atau edema, meneurun bila terjadi obstruksi kanalis spinalis diatas tempat tusukan fungsi lumbal.
Warna, Normal Jernih dan tidak berwarna, Warna kuning menunjukan infeksi.
Proteiin Nilai normal 20 sampai 45 mg/dl, meningkat pada hamper semua keadaan patologis SSP yang seerius.
Glukosa Nilai normal 40 sampai 70 mg/dl ( 2/3 glokosa darah ) meningkat pada hiperglikemia sistemik dan menurun pada hipoglikemia sistemik, meningitis bakteri.
Mikrorganisme, normal tidak ada, ada menunjukan adanya infeksi ( meningitis bakteri )
Hitung Sel, Normal 0 sampai 5 leokosit/mm3, meningkat pada penyakit akut, meningitis, abces, tomor, infrak, skelrosis multiple

9. ELEKTRO MIOGRAFI.
Digunakan untuk membedakan penyakit otot dari gangguan neurologist.
Untuktes ini delakukan dengan menempatkan beberapa jarum diletakkan pada otot kemudian dilaukan pencatatan sewaktu istirahat dan kontraksi
Prosedur ini dapat meni,bulkan rasa nyeri paska tindakan, sehingga terkadang diberikkan obat anti nyeri.

10. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan pemeriksaan standar untuk dilaksanakan sebagai bahan monitor atas reaksi pengobatan dan dampak klinik yang perlu tindak lanjut.
Pemeriksaan laboratorium klinik pada klien dengan gangguan  sistem persarafan terbagi dalam pemeriksaan absulot, rutin dam tambahan.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
1. Membantu menegakan diagnosa.
2. Melakukan control untuk klien yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit serebral misalnya pada hasil lab. Kolesterol tinggi.
3. Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi prognose klien gangguan serebral.
4. Mengkaji derajat proses radang/ infeksi.
5. Mengkaji kadar serum.
6. Mengkaji efek pengobatan.
7. Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik.
8. Skrining terhadap setiap abnormalitas.
9. Menentukan hal-hal yang dapat mempengaruhi upaya intervensi misalnya diabetes mellitus, gangguan keseimbangan elektrolit.

Pemeriksaan tersebut meliputi :
1. Kadar Elektrolit Serum.
Elektolit serum dapat mempengaruhi prognosis klien gangguan serebral pada setiap kondisi.
Natrium serum mencerminkan keseimbangan cairan relative, secara umum, hiponatremia menunjukan kekurangan natrium dalam darah dan hipernatremia menunjuknan kelebihan natrium dalam darah.
Kalsium sangat penting untuk koagulasi darah dan aktivitas neuromoskolar.

2. Glokosa serum.
Harus dipantau karena kebanyakan klien disfungsi serebral juga menderita DM.

3. Masa Perdarahan.
Merupakan pemeriksaan terhadap keadan vascular, jumlah dan fungsi trombosit, Nilai normal berkisar 2 -9 ½ menit.
Masa perdarahan memanjang memberikan  makna klinis pada trombositopenia, terapi antikoagolant, dan uremia.

4. Masa Pembekuan.
Merupakan penilaian mekanisme kemampuan pembekuan ( waktu yang diperlukan darah untuk membeku ) Normalnya adalah 6 -12 menitdanmemanjang pada difisiensi faktor pembeku yang berat ,terapi antikoagolantia yangberlebihan dan memendek terapi kortikosteroid.

5. Protrombin Time ( PT )
Merupakan penilaian jalan pembekuansecara  ekstrinsik ( proses pembekuan bisa dengan jalan ekstrinsik danintrinsik ) , Normalnya 11- 16 menit,memanjang pada difisiensi faktor VII, X dan fibrinogen, penyakit hati yang berat, DIC ( Disseminated Intravascular Coagolantia ) dan difisiensi Vitamin K

6. APTT ( Activated Partial Trombopalsti Time )
Merupakan penilaian jalan pembekuan secara intrinsic. Normalnya 26-42 menit, memanjang pada difisiensi faktor VIII sampai XII dan Fibrinogen, penyakit hati yang berat , DIC, dan Difisiensi Vit. K

7. Lemak Darah.
Meliputi pemeriksaan kolesterol total, trigliserida, dan lipoprotein, di ukur untuk mengevaluasi resiko ateroskelorotik serebral, khusunya bila ada riwayat keluarga positif, atau untuk mendiagnosa abnormalitas, karena merupakan faktor resiko terjadinya stroke tipe thrombus.

8. Tirod hormone ( T3 dan T4 )
Berpotensi untuk memberikan aksi pada peningkatan kadar ketokolamin ( norefeniprin dan epenifrin ) dengan efek dapat meningkatkan denyut jantung dan isi sekuncup. 

By :
Free Blog Templates